Jakarta, EDITOR.ID,- Beberapa bulan silam tingkat elektabilitas Ganjar Pranowo merajai jajak pendapat sejumlah lembaga survei di Indonesia. Prabowo Subianto dan Anies Baswedan nyaris tak berkutik. Beberapa kali survei digelar nama Ganjar selalu yang teratas. Keberhasilan menguasai elektabilitas tersebut diimbangi dengan bermunculannya sejumlah elemen mantan relawan Jokowi “berganti” wajah menjadi pendukung Ganjar.
Namun sejak mencuatnya isu perpecahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan PDIP. Ditambah putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka maju sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres), pamor Ganjar mulai meredup.
Bahkan sejak kubu Ganjar yang digalang para seniman, aktivis dan penggiat medsos memborbardir serangan ke Jokowi dengan isu dinasti, penguasa, putusan MK oleh paman hingga debat capres, lambat laun elektabilitas Prabowo-Gibran justru mulai merangkak naik.
Gara-gara maju sebagai Cawapres, Gibran Rakabuming Raka menjadi korban narasi negatif, ejekan, hingga hinaan. Narasi negatif ini dialamatkan ke putra Jokowi dengan tujuan menjatuhkan dan mendegradasi elektabilitas Gibran dengan stigman anak presiden, maju sebagai Cawapres menggunakan “kekuasaan” ayahnya.
Namun menariknya serangan dan isu yang ditebar kubu Ganjar justru memicu elemen Relawan Jokowi kini berbalik arah. Yang tadinya mendukung Ganjar-Mahfud MD, berbalik menjadi pendukung Prabowo-Gibran. Diantaranya Sedulur Jokowi, Sahabat Jokowi, dan relawan lainnya.
Para relawan beramai-ramai eksodus yang tadinya mendukung Ganjar-Mahfud MD, kini berbalik arah menjadi mendukung Prabowo-Gibran.
Calon presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo, mengaku tak mempermasalahkan kabar adanya eksodus relawan Jokowi. Ia kini bahkan telah melakukan konsolidasi bersama kader partai pengusung dan pendukung soal pemenangan Pilpres 2024. Ganjar mengatakan ia membidik swing voters alias pemilih yang belum menentukan pilihan.
Pernyataan itu disampaikan Ganjar sekaligus merespons hasil survei Litbang Kompas terkini yang menempatkannya di posisi terakhir.
“Banyak fakta di lapangan terjadi split ticket. Jadi antara dia juga memilih caleg, dia juga memilih presiden di partai berbeda. Nah, posisi-posisi swing seperti inilah yang secara kepartaian sekarang sedang dikonsolidasikan oleh partai pendukung,” kata Ganjar usai acara di FX Sudirman, Jakarta, Senin (11/12/2023).
Politisi PDIP itu mengamini di Pemilu 2024, pemilih akan berhadapan dengan banyak kertas surat suara. Pemilih harus memilih anggota DPRD kota/kabupaten, provinsi, dan pusat serta anggota DPD RI. Kemudian, calon presiden-wakil presiden.