Kedua, mereka semakin tidak mau meyakini adanya pademi Covid-19, karena aspek sosial-ekonomi. Diantaranya, sesama anggota masyarakat, termasuk keluarga dan sahabat dekat terpaksa tidak bisa saling berinteraksi. Khawatir terjadi penularan. Padahal bangsa ini sudah dibesarkan dalam nilai-nilai sosial kebersamaan dan mengutuk nilai-nilai sosial yang kapitalistik/liberalistik (neolib) yakni sikap individualistik. Juga dengan percaya adanya virus Covid-19 masih mengganas, realitasnya yang dirasa sehari-hari, pendapatan masyarakat berbagai lini, bukan hanya lini bawah, hampir nol.
Ketiga, masih kuatnya hasutan dan gosokan yang mempunyai agenda kunci lain untuk terjadinya pergantian kekuasaan politik dan idiologi. Bahkan kunci lain yang harus di hindari yakni, keuntungan terselubung kelompok masyarakat tertentu, baik elemen bisnis, politik juga kekuasaan, dibalik penanganan Covid-19.
Dikaitkan dengan memanfaatkan metoda berpikir dialektis yang ?disempurnakan?, kita menjadikan berbagai aturan yang ditetapkan pemerintah guna melindungi masyarakat dari pandemi Covid-19 sebagai tesis. Dan dari berbagai kritik bahkan perbedaan pendapat/pemikiran sebagian anggota masyarakat diatas sebagai anti-tesis, maka bisa diupayakan lahirnya sintesis, yakni melindungi dan menyembuhkan masyarakat dari serangan virus Covid-19 dengan berbagai Varian-nya melalui pengalihan dana-dana kegiatan/proyek lain (APBN/APBD) guna menangani program vaksinasi, pengobatan/penyembuhan, sosialisasi yang obyektif, dan penyediaan fasilitas Isolasi maupun karantina dan lain-lain. Disisi lain juga diaktifkan sosialisasi terbuka dan luas melalui berbagai jaringan, baik pemerintahan maupun kemasyarakatan, tentang proses berkembangnya virus Covid-19 yang sesungguhnya tidak melalui udara bebas disekitar manusia yang diserap setiap saat oleh manusia, tetapi justru bisa terjadi penularan melalui pindahnya virus dari mulut ke mulut manusia. Sehingga perlu dijaga jarak dan wajib memakai Masker berkualitas.
Disamping itu, aspek komunikasi sangat diperlukan untuk menjelaskan secara lengkap dan detil penggunaan dana-dana yang menggeser atau mengorbankan kegiatan-kegiatan pembangunan lainnya tersebut. Dalam terminologi yang dipilih Pemerintah, program-program tersebut berkibar dibawah bendera program/proyek ?Pemulihan Ekonomi Nasional/PEN?.
Meski kelihatannya tergolong remeh, tapi aspek komunikasi sosial yang benar sangat diperlukan. Sehingga jangan sampai terjadi masyarakat saling memaksakan diri untuk menghindar dari kegiatan diluar, semata-mata kerena filosofi berkembangnya virus Covid-19 yang salah tadi.
Padahal yang riil dirasakan dan mengancam masyarakat sekarang adalah kekhawatiran yang menjurus ?stress? setiap saat, sehingga bisa melemahkan imunitas/daya pertahanan tubuh anggota masyarakat itu sendiri.
Larangan jenis-jenis kegiatan masyarakat berbagi level (mulai dari kaki lima, toko-toko hingga Mall dan hotel-hotel) serta lainnya dikurangi tingkatannya bertahap. Juga langkah membatasi perjalanan serta mobilitas lainnya di sesuaikan, dan dicarikan jalan peringanan bertahap. Masih intensifnya penagihan lembaga-lembaga perbankan atas pelunasan kredit oleh individu-individu tertentu serta keluhan yang serius dari pelanggan PLN, juga harus menjadi perhatian Pemerintah dalam konteks peringanan beban anggota masyarakat.