Berpikir Dialektis Saat Pandemi

img 20210906 222255

Berpikir secara dialektis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menghubungkan pikiran antar manusia.

Kebenaran sesungguhnya merupakan muara pencarian dalam berpikir. Perkembangan sejarah dan masyarakat an sich menunjukkan substansi makna tentang kebenaran adalah, bahwa muara berpikir merupakan kesepakatan kolektif yang tertuang dalam sistem berpikir berdasarkan logika melalui pola komunikasi yang benar.

Para prinsipnya sistem berpikir kolektif yang dimaksud adalah ?idiologi? yang dianut oleh sebuah komunitas.

Optimalisasi Berpikir Dialektis

Secara Sosiologis, kepentingan kolektif masyarakat adalah tujuan yang hendak dicapai dalam berbagai bidang oleh komunitas sosial termasuk Negara, melalui komunikasi sosial yang sesuai kepentingan masyarakat yakni secara substansial sesuai dengan nilai-nilai serta pola makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Meski dalam implementasinya bisa memiliki nuansa antara individu atau kelompok individu masyarakat dalam meraih kepentingan masing-masing. Perspektif kultural memberikan aksentuasi ?nilai? yang perlu atau bahkan harus menyertai sebuah pemikiran sejak tahap hulu hingga hilir. Idiologi merupakan sistem nilai yang dimaksud.

Bergeraknya berbagai pemikiran yang mungkin tersistemisasi dalam idiologi kini memasuki tahap sangat komprehensif.

Analisis strategis atas berkembangnya alam pemikiran yang semakin global dan multi-dimensional dari kepentingan saat ini semakin memerlukan metoda berpikir dialektis untuk menghasilkan pemikiran terbaik bagi manusia dan kemanusiaan global.

Dengan demikian kepentingan individu dan masyarakat secara menyeluruh, masa kini dan mendatang, yang menjadi target dari produk berpikir dialektis.

Menghargai perbedaan berpikir tetapi sepakat mencari produk berpikir yang lebih bagus, dalam konteks kemanusiaan pada perspektif global, melalui upaya melahirkan pemikiran alternatif dari setiap pemikiran yang lahir bahkan telah menjelma menjadi realitas yang menerpa individu dan masyarakat melalui komunikasi sosial yang benar. Selalu kritis tetapi selalu kreatif dan obyektif !

Kontekstualisasi metode berpikir seperti diatas memiliki relevansi dengan kondisi Pandemi saat ini. Penanganan akibat berkecamuknya Pandemi Covid-19 memerlukan pemikiran dalam berbagai dimensi. Mulai dari aspek kesehatan, ekonomi, sosial, kejiwaan, kultural sampai politik & hankamnas.

Penanganan masing-masing bidang tentu memiliki aksentuasi/penekanan yg saling berbeda. Bahkan bisa menimbulkan ?social effect? yang bertentangan. Perbedaan atau pertentangan yang terjadi harus didorong kearah lahirnya pemikiran yang bermodalkan kelebihan masing-masing pihak serta di selaraskan. Dan bermuara pada lahirnya pemikiran yang lebih bagus, dalam arti lebih bermanfaat kongkrit bagi mayoritas massa masyarakat. Misalnya pengurangan mobilitas yang bisa dianggap melahirkan kondisi kurang produktif secara sosial-ekonomi, bisa di upayakan dengan melahirkan sintesa melalui aktivitas kolektif yang mendorong lahirnya budaya/kebiasaan baru berupa program yang terorganisir, dengan aksentuasi lebih effektif dan effisien, dalam mengisi aktivitas Work From Home (WFH) dan bentuk lainnya. WFH bisa dimanfaatkan dengan mengefektifkan lahan atau asset lain yang sebelumnya tidak dioptimalkan manfaatnya, disekitar rumah atau ditempat lain, dengan meingintensifikasikannya sehingga menghasilkan added-value. Dengan mengingat potensi layanan bisnis makanan saat ini menjadi salah satu favorit, mengapa tidak didorong oleh Pemerintah secara lebih serius sehingga masyarakat bergairah untuk berbisnis tanaman atau ternak hewan, mulai dari sayur, ikan, ayam, telur sampai kambing sampai transportasi uang mendukungnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: