Aremania Nangis Ceritakan “Kuburan Massal” di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan

Eko kemudian melihat hal yang lebih parah di gate 13 dan 14. Di sana dia menyaksikan sendiri banyak perempuan dan anak-anak yang tergeletak. Posisinya bertumpukan.

Di tengah cerita, Eko kemudian tak bisa meneruskan perkataannya. Tangisannya pecah, dia hanya bisa tertunduk.

“Di gate 13 di situlah titik semacam kuburan massal teman-teman saya, Aremania. Aku enggak kuat mas,” ujar Eko sambil terisak.

Setelah sedikit tenang, Eko melanjutkan ceritanya. Ia mengatakan dia kemudian mencari pertolongan ke aparat keamanan yang malam itu bertugas di Kanjuruhan untuk mengevakuasi korban yang bergeletakan. Tapi penolakan justru didapatkannya.

“Saya lari ke aparat keamanan, petugas dari TNI-Polri. Pertama saya minta tolong ke kepolisian. Mereka tidak mau, takut terjadi apa-apa,” ucapnya.

“Ke aparat yang pakai baju loreng, juga ditolak, saya malah mau dipukul sama beliau sambil bilang ‘temenku yo onok sing kenek cok’,” tambah Eko.

Bagi Eko, peristiwa malam itu adalah kejadian paling buruk selama lebih dari hampir 30 tahun dia menjadi Aremania. “Ini kejadian paling buruk dan bukan yang pertama. Tapi saya minta kejadian, tragedi 1 Oktober ini, harus diusut tuntas,” pungkas dia. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: