Oleh: Dewangga Evan
Penulis Ketua Komunitas Difiliasi Surabaya
EDITOR.ID, Pandemi telah berjalan selama dua tahun, setiap negara di dunia ini sedang berlomba-lomba untuk menyelamatkan diri dan menyelesaikan masalah Covid-19 ini secepat mungkin.
Banyak kebijakan yang dilakukan oleh setiap negara, termasuk Indonesia, mulai kebijakan PSBB sampai PPKM diberlakukan oleh jajaran pemerintah daerah, Instruksi langsung dari Presiden Joko Widodo. Termasuk juga Pemerintah daerah Provinsi Jawa Timur.
Memasuki tahun 2021, pada bulan Februari, kematian akibat Covid-19 di Jawa timur sendiri masih memimpin diantara provinsi yang lain, sebesar 7,1%. Mei 2021 Kematian akibat pandemi covid-19 di jawa timur tembus sebanyak 10,676 Jiwa. Pada 10 Juli 2021 tercatat kematian sebesar 13,806 orang. Ada 3 point utama yang bisa kita baca dari penanganan Covid-19 di Jawa Timur ini.
Pertama, kurangnya jumlah testing. Jawa Timur merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk 40 juta orang. Provinsi yang dikomandoi oleh Ibu Khofifah ini merupakan salah satu Provinsi dengan jumlah penduduk yang banyak, namun dalam menghadapi Pandemi ini kita harus berpaku pada standard WHO, yang merupakan Organisasi Kesehatan resmi di bawah PBB.
WHO menargetkan tracking dan testing 1,000 orang per satu juta orang dalam sepekan, namun Pandemi sudah berjalan dua tahun, Pemerintah Provinsi jatim hanya bisa melakukan tes sebanyak 4,4% dari jumlah penduduknya. Dengan kasus akumulatif sebanyak 191,142 pada tanggal 10 Juli 2021. Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus segera mungkin memperbanyak tracking dan test, agar kita tahu yang sebenarnya jumlah masyarakat yang terjangkit Covid-19. Sehingga segera mungkin untuk bisa ditangani.
Kedua, rasio kematian. Pandemi Covif-19 ini juga mengakibatkan kematian yang cukup tinggi, situs WHO mencatat sampai tanggal 10 Juli ini, ratio kematian sebesar 2,1% Sedangkan Rasio kematian di Jawa Timur sebesar 7,4%. Tertinggi diantara seluruh Provinsi yang ada Indonesia.
Selain kematian pasien terjangkit Covid-19, Jawa Timur juga mencatat sebagai daerah terbanyak Nakes yang gugur terkena Covid-19 ini. Data di LaporCovid-19 juga menunjukkan, kematian tenaga kesehatan terbanyak terjadi di Jawa Timur dengan 352 orang. Ini merupakan pukulan telak dan memperlihatkan ketidakseriusan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk melindungi para Nakes, yang merupakan garda terdepan dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Ketiga, ketersediaan fasilitas kesehatan. Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia/ Persi Jatim, dr Dodo Anando, mengatakan, kondisi penuhnya sejumlah RS saat ini tidak hanya terjadi di kota Surabaya. Namun, beberapa RS di daerah juga mengalami hal yang sama, sekitar 90 hingga 100 persen.
Meski, beberapa RS sudah menambah jumlah kapasitas tempat tidur dan ruangan icu, namun, jumlah orang yang terpapar covid ini terus meningkat. Tidak dipungkiri, penyebab meningkatnya pasien Covid saat ini.
Ini menjadi catatan pertanyaan yang penting untuk melihat jawaban dari kebijakan-kebijakan yang dihasilkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Tiga point di atas sejatinya harus ditegaskan kembali oleh Ibu Khofifah sebagai Gubernur Provinsi Jawa Timur, untuk sesegera mungkin mematuhi aturan dan standard yang diberikan WHO agar masyarakat bisa ditangani sebaik mungkin dan tidak hanya diberi angka-angka yang belum sesuai dengan standard Internasional.