EDITOR.ID, Jakarta,- Mega skandal gagal bayar dan permainan curang berkedok resiko investasi di PT Asuransi Jiwasraya Persero ibarat sebuah “puncak dari gunung es”. Jika dikuliti satu persatu maka akan terungkap para pemainnya yang memanfaatkan pasar investasi untuk mengeruk kekayaan ilegal dengan menggerogoti duit rakyat yang dihimpun asuransi BUMN ini. Ada kekuatan besar dibalik permukaan yang tampak di kasus ini.
Mungkin sebagian besar publik mulai melupakan skandal Jiwasraya yang menyalahgunakan uang ribuan nasabah dan berimbas merugikan keuangan negara. Tak tanggung-tanggung belasan triliun.
Skenario permainan para aktornya bersifat sistemik, terstruktur dan masif. Barangkali tidak keliru apa yang dikatakan oleh BPK bahwa krisis keuangan Jiwasraya ini bersifat sistemik dan “gigantic”. Aset BUMN secara nasional lebih dari 8.000 triliun rupiah menyimpan banyak “bom waktu”.
Yang menjadi korban, peserta asuransi di korporat tersebut. Bahkan, “korban” Jiwasraya juga berasal dari negara lain (Korea Selatan) sebanyak 474 nasabah dengan nilai 574 miliar rupiah.
Kalau tidak ada jaminan yang pasti, dikhawatirkan akan mengurangi kepercayaan para nasabah asuransi di Indonesia secara keseluruhan.
Sangat mungkin keseluruhan penyimpangan ini merupakan kejahatan yang terorganisasi (organized crime) dengan para “arsitek” yang bekerja di belakangnya.
Benny Tjokro Buka-Bukaan
Benny Tjokro, taipan kakap pasar modal dan property, hanya potongan puzzle dari drama Jiwasraya. Jika melihat saksi yang berstatus petinggi perusahaan atau lembaga dipanggil secara maraton ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Dihadapan majelis hakim terdakwa kasus Jiwasraya, Benny Tjokrosaputro membuat pengakuan heboh menelanjangi semua pemain kakapnya. “Paling besar (investasi Jiwasraya) grup Bakrie di swasta. Menurut informasi pada 2006 saat grup Bakrie sahamnya lagi tinggi-tingginya. Sekarang semua nilainya Rp50,” ujar terdakwa kasus Jiwasraya, Benny Tjokrosaputro.
“Nyanyian” ini diungkapkan Benny sebelum menjalani sidang dengan agenda putusan di PN Jakpus, Rabu (24/6). Namun, keterlibatan perusahaan yang dimiliki keluarga Aburizal Bakrie ini ditutupi Badan Pemeriksa keuangan (BPK). Sampai saat ini, pihak Bakrie dan BPK belum buka suara soal tudingan tersebut.
Benny adalah Direktur Utama PT Hanson International Tbk. Ia kini tengah duduk di kursi pengunjung sidang mengklaim, dirinya hanya kambing hitam atau tumbal dalam kasus itu.
Benny pun menyeret nama sebuah perusahaan besar Bakrie Grup. Perusahaan ini juga punya andil dalam skandal yang merugikan negara sedikitnya Rp16,8 triliun itu. Jiwasraya, kata Direktur Utama PT Hanson International Tbk itu, pernah berinvestasi ke emiten-emiten grup Bakrie.