Tangerang Selatan, EDITOR.ID,- Tangerang Selatan terancam jadi kota Intoleran! Sekelompok mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (Unpam) digeruduk dan dianiaya warga hanya karena menggelar ibadah doa Rosario yang menjadi tradisi umat Katolik pada bulan Mei. Walikota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengaku tidak tahu menahu adanya peristiwa intoleransi yang dilakukan oknum Ketua RT dan warga. Ia menyerahkan sepenuhnya kasus ini ke polisi.
Ketua RT berdalih ibadah doa yang digelar Mahasiswa telah mengganggu lingkungan warga. Padahal doa itu digelar di dalam rumah kontrakan dan tidak menganggu. Entah kenapa Ketua RT merasa terganggu.
Namun Walikota Tangsel Benyamin Davnie justru tidak tahu menahu peristiwa intoleransi di wilayah yang dipimpinnya itu. Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie hanya tahu adanya upaya musyawarah di kasus ini namun dia mengaku tidak dapat laporan hasilnya.
“Sudah musyawarah di kelurahan, tapi saya nggak dapat laporan hasilnya,” kata Benyamin kepada wartawan, Senin (6/5/2024) sebagaimana dilansir dari detikcom.
Benyamin tak bisa berbicara banyak terkait peristiwa ini. Dia menyerahkan seluruhnya ke kepolisian. “Saya serahkan penanganannya kepada Polres Tangsel sesuai kewenangannya,” katanya.
Peristiwa tersebut juga viral di media sosial Senin (6/5/2024). Dalam video yang beredar, terlihat kegiatan ibadah doa Rosario yang dilakukan sekelompok mahasiswa digeruduk warga. Insiden ini terjadi di sebuah rumah di kawasan Setu, Tangerang Selatan.
Saat itu ketua RT dan warga sekitar disebut menggeruduk mahasiswa Katolik Unpam yang sedang melakukan ibadah doa Rosario. Dalam rekaman video terlihat warga ramai-ramai mendatangi lokasi peribadatan. Bahkan dinarasikan mahasiswa tersebut mengalami kekerasan dari warga sekitar.
Lalu Apa Kerja Benyamin Wujudkan Motto Tangsel Kota Religius?
Ketua Insan Lokakarya Progresif, Adam Andriatama mengaku ikut prihatin atas praktek Intoleransi yang terjadi di wilayah Tangerang Selatan yang notabene kota modern dan warganya dari berbagai suku dan agama.
Kejadiaan naas yang menimpa mahasiswa UNPAM tersebut, menurutnya adalah tanda masyarakat Tangerang Selatan masih memiliki sikap intoleran dan bertolak dari motto Kota Tangerang Selatan yang bertajuk C-MORE (Cerdas, Modern & Religius).
“Saya turut prihatin atas kejadian yang menimpa rekan-rekan saya itu. Kejadian tersebut sangatlah intoleran dan tidak mencerminkan Kota Tangerang Selatan yang religius,” ungkap Adam menyayangkan kejadian tersebut.
Selain menandakan sikap intoleran, lanjut Adam, peristiwa pengeroyokan ini tidak bisa luput dari kerja Benyamin Davnie dan Pilar Saga, selaku Wali kota-Wakil Wali Kota Tangerang Selatan.