“Saya juga akan perintahkan Menteri PU untuk mengaudit total seluruh stadion yang dipakai untuk liga, baik Liga 1, Liga 2, maupun Liga 3, semuanya. Apakah gerbangnya sesuai dengan standar? Cukup lebar?†kata Presiden.
Selain itu, Kepala Negara mendorong semua pihak untuk bersama-sama memperbaiki tata kelola pertandingan sepak bola di Indonesia, mulai dari manajemen lapangan, pertandingan, hingga pengelolaan stadion. Berkaitan dengan hal tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) juga menyatakan kesanggupannya untuk membantu perbaikan tersebut apabila diperlukan.
“Senin malam saya sudah telepon kepada Presiden FIFA, Gianni Infantino. Beliau menyampaikan, kalau diperlukan FIFA bisa membantu memperbaiki tata kelola persepakbolaan Indonesia. Beliau menyampaikan kesanggupannya itu,†jelasnya.
Presiden Bentuk Tim Gabungan Pencari Fakta
Jokowi juga berjanji kepada korban dan keluarganya untuk mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan. Saat ini, Presiden telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD.
“Kenapa dibentuk tim pencari fakta independen karena kita ingin usut tuntas, tidak ada yang ditutupi, yang salah juga diberi sanksi, kalau masuk pidana dipidanakan,” katanya.
Presiden telah meminta Mahfud secepatnya mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan.
“Sudah disampaikan Menko Polhukam, beliau minta satu bulan, tapi saya minta secepatnya,” katanya.
Harapan keluarga korban tragedi Kanjuruhan
Salah satu keluarga korban, Defi Atok mengatakan, Presiden sudah berjanji mengusut tuntas para pelaku dalam tragedi Kanjuruhan. Janji itu disampaikan di hadapan keluarga korban.
“Presiden (Jokowi) mengatakan akan berjanji mengusut tuntas pelaku-pelakunya, itu saya lega, janjinya presiden saya tunggu. Harapannya oknum pelaku yang menembak (diusut tuntas), gas air mata itu seperti membunuh atau racun,” kata Atok di Malang.
Atok kehilangan dua anak perempuannya, Natasha Debi (16) dan Nayla Debi (13), dalam tragedi Kanjuruhan. Saat itu, kedua anak Atok menonton dari tribune di dekat pintu 13 yang menjadi salah satu titik gas air mata dilontarkan.
“(Anak saya) adiknya (Nayla) kayak orang diracun (keluar busa), kakaknya (Natasha) hitam keluar darah sampai meninggal, sampai di bajunya darah, posisi tidak bisa menyelematkan diri karena masih kecil,” katanya.
Atok tak mendampingi kedua anaknya menonton pertandingan derbi Jawa Timur itu karena masih bekerja. Ia baru mengetahui kedua anaknya menjadi korban saat hendak menjemput ke Stadion Kanjuruhan.