Sementara itu Dewan Riset Nasional (DRN) menjelaskan perang asimetris merupakan suatu model peperangan yang dikembangkan dari cara berpikir yg tidak lazim. Perang asimetris merupakan perang yang diluar aturan peperangan yang berlaku, dengan spektrum perang yang luas dan mencakup aspek-aspek geografi, demografi, sumber daya alam, idiologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perang asimetris juga ditandai dengan sebuah peperangan antar dua aktor atau lebih, dan ditandai dengan kekuatan yg tidak seimbang.
Salah satu kader bangsa strategis selain kaum muda, aktivis mahasiswa, LSM, pengusaha, aktivis partai, ilmuwan, TNI/Polri, juga adalah ASN ( Aparatur Sipil Negara ).
ASN berperan penting dalam mencapai kemajuan Negara dan kesejahteraan rakyat melalui pelayanan berbagai kepentingan masyarakat maupun penetapan kebijakan yang menempatkan mayoritas massa rakyat sebagai subyek; bukan obyek !!
Pelayanan yang sesuai dengan “semangat†dan “roh†reformasi birokrasi tidak akan tercapai jika para ASN tidak memahami dan menguasai berbagai peluang dan ancaman bangsa ini sampai berbagai penjajahan gaya baru yang sudah terjadi di bangsa ini hingga Perang Asimetris.
Dalam praktik, Perang Asimetris menjadikan ASN sebagi salah satu sasaran utama untuk mencapai sasaran Perang Asimetris yakni:
Membelokkan sistem sebuah negara agar sesuai dengan kepentingan negara-negara yang mengetrapkan Neo-Kolonialisme dengan menancapkan metode berpikir Neo-liberalisme sebagai kamus dalam mengelola Negara.
Selanjutnya, merubah idiologi sehingga menyebabkan rakyatnya berpikir dan mengetrapkan idiologi yang didasari oleh Neo-Liberalisme.
Begitu juga menciptakan ketergantungan kepada negara lain dengan menggerus daya tahan pangan dan daya tahan security untuk mengamankan terjaganya jaminan pangan (food and energy security).
Muara atas ketiga hal diatas, seperti juga pernah disinggung oleh Menteri Pertahanan RI, adalah kontrol kuat atas ekonomi dan penguasaan Sumber Daya Alam sebuah negara.
Pada akhirnya kita menyadari sepenuhnya bahwa Perang Asimetris yang saat ini telah terjadi sesungguhnya pengulangan sejarah masa lampau yakni penjajahan atas negara dan rakyatnya dengan motif utama Ekonomi.
Para ASN yang merupakan Kader Bangsa, saat ini ketika akselerasi reformasi birokrasi telah dideklarasikan, seharusnya lebih memahami tesis bahwa, segala ketidakharmonisan hubungan “antar negara†maupun “antar warga-negara†yang bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, adalah karena masih berlangsungnya Perang Asimetris. ASN melalui tugas mulianya memberikan palayanan pada masyarakat, hendaknya tidak dimaknakan hanya sekedar memberikan pelayanan bersifat fisik serta didominasi kepentingan praktis-pragmatis, tetapi lebih disertai penyadaran agar rakyat Indonesia selalu memahami sepenuhnya Idiologi bangsanya secara aktif, dan diimplementasikan dalam perilaku/kehidupan sehari-hari.
ASN merupakan salah satu kader bangsa yg bertanggungjawab agar bangsa ini mampu mengeliminir akibat-akibat yg dilahirkan perang Asimetris di bumi Pertiwi ini, agar Rakyat tidak menderita.
Dengan menyadari bahwa pandemi COVID-19, menurut beberapa Pemikir dunia, bisa dikategorikan bagian operasionalisasi Perang Asimetris, maka antisipasi atas pandemi ini oleh ASN sebagai Kader Bangsa juga merupakan hal yang strategis.
Mengisi dan mewarnai kehidupan rakyat saat kini, melalui berbagai program tranformasi digital sangat penting untuk disosialisasikan dan dipelori oleh para ASN dalam kehidupan perekonomian rakyat, agar tidak terjebak dalam skhema perang Asimetris yaitu ketergantungan pada negara lain.