Penanganan awal dari pihak Kepolisian mengklaim. Bahwa pihak orang tua korban sudah membuat surat pernyataan, yang isinya tidak memberikan persetujuan untuk dilakukan otopsi terhadap jenazah dan hanya mengijinkan dilakukan tindakan suntik formalin terhadap korban, serta pengiriman Jenazah ke kampung halaman.
Hal itu seperti yang dituangkan dalam surat pernyataan dari orang tua korban siap menerima segala bentuk konsekuensi yang akan timbul di kemudian hari.
Namun saat jenazah korban sampai di Medan orang tua korban mencabut surat pernyataan penolakan otopsi jenazah yang sebelumnya dibuat dan orang tua korban meminta dilakukan otopsi di RS. Bhayangkara Medan.
Polisi mengklaim, “Saat ini telah dilakukan otopsi terhadap jenasah korban oleh tim dokter forensik di RS. Bhayangkara Medan, serta dilakukan pemeriksaan tambahan Toksikologi dan Patologi,” tulisnya di akun Facebook Humas Polda Bali.
Sementara menunggu hasil otopsi jenasah korban, almarhum Aldi Sahilatua Nababan, Sat Reskrim melakukan pemeriksaan terhadap 6 orang saksi.
Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan dalam postingan di akun resmi Humas Polda Bali menyatakan, “Menunggu perkembangan hasil otopsi jenasah korban Aldi Sahilatua Nababan. Otopsi jenasah korban telah dilakukan kemarin rabu 22 nopember di RS. Bhayangkara Medan dan saat ini Polresta Denpasar menunggu hasil otopsi tersebut dari tim dokter forensik”.
“Ke 6 saksi, diantaranya pemilik kamar kos, anak pemilik kos, dua tetangga kos, satu temen, dan Satreskrim Polresta Denpasar masih terus berkoordinasi dengan tim dokter forensik RS. Bhayangkara Medan, menunggu hasil pemeriksaan otopsi,” tulis Kabid Humas.
Cerita Kakak korban, Monalisa Nababan, adiknya sempat komunikasi minta uang jajan.
Saat ditemukan, kondisi jenazah sudah bersimbah darah, dengan luka pada alat kelamin, mulut dan hidung mengeluarkan darah, sekujur tubuh lebam serta luka di bagian tubuh lainnya.
Kamarnya bersimbah darah. Alat kelaminnya rusak, semacam ada sobek. Dari situlah keluar darah. Ada darah di bagian mulut dan hidung juga. Ada memar lengan tangan kanan dan engselnya bergeser. Lantai penuh darah,” beber sang kakak perempuan, Monalisa Nababan melansir dari detiksumut.com, Rabu (22/11).
Monalisa yakin adik kandungnya dib*n*h secara keji, dan sadis, pihak keluarga korban berharap keadilan.
“Dugaannya, adik saya dibunuh secara sadis. Semoga keadilan berpihak dengan kita,” katanya.
Selaku kakak korban Monalisa mendapatkan informasi adiknya tewas diketahui pada Sabtu (18/11/2023) sekitar pukul 09.00 WIB. Ia mengaku kala itu ia ditelepon personel kepolisian dari Polsek Kuta Selatan.