Kalah dari Negara Tetangga, RI Harus Perbaiki Incremental Capital Output Ratio

Pakar Hukum Bisnis dan Perdagangan Internasional Prof. Dr. Ariawan Gunadi, S.H., M.H. mengatakan pemerintah harus meningkatkan daya saingnya mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Pakar Hukum Bisnis dan Perdagangan Internasional Prof. Dr. Ariawan Gunadi, S.H., M.H.

Jakarta, EDITOR.ID,- Di tengah gejolak perekonomian global, capaian peningkatan daya saing yang luar biasa yang diraih oleh Pemerintah Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan dalam mengakselerasi pemulihan perekonomian nasional selama periode satu tahun terakhir.

Namun demikian, pemerintah tidak boleh berpuas diri atas capaian tersebut karena daya saing Indonesia berada jauh di bawah Singapura yang masuk ke peringkat 4 besar, Malaysia yang menduduki peringkat 27 bahkan kalah dengan Thailand yang berada di peringkat 30. Bahkan bukan tidak mungkin jika Pemerintah Indonesia lengah, kita dalam disalip oleh Filipina dan Vietnam.

Pakar Hukum Bisnis dan Perdagangan Internasional Prof. Dr. Ariawan Gunadi, S.H., M.H. mengatakan pemerintah harus meningkatkan daya saingnya mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah.

“Salah satu faktor yang membuat daya saing Indonesia lebih rendah dibandingkan negara-negara di kawasan regional seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia adalah terhambatnya laju pertumbuhan investasi akibat tingginya angka Incremental Capital Output Ratio,” ujar Ariawan, Minggu (17/12/2023).

Incremental Capital Output Ratio (ICOR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam mencapai pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. ICOR mengukur seberapa efisien investasi dengan membagi pertumbuhan investasi (penambahan modal) dalam suatu periode tertentu dengan pertumbuhan output ekonomi (peningkatan GDP atau produksi) dalam periode yang sama.

“Jika nilai ICOR tinggi, itu berarti jumlah investasi yang diperlukan untuk mencapai tambahan output atau pertumbuhan ekonomi lebih besar karena menunjukkan seberapa efisien penggunaan modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi,” jelas Guru Besar Universitas Tarumanagara ini.

“Sebaliknya, nilai ICOR yang rendah membuat investor enggan untuk melakukan investasi karena menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan investasi yang lebih sedikit dan memerlukan investasi yang besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang signifikan,” katanya.

Menurutnya, angka ICOR Indonesia yang saat ini mencapai level 7,6% membuat biaya investasi untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi juga semakin besar.

“Pemerintah Indonesia harus melakukan upaya guna menurunkan angka ICOR Indonesia ke level 5 persen agar perekonomian Indonesia dapat menanjak ke level mengalami pertumbuhan sebesar 6 persen year on year. Hal ini sangat krusial bagi bangsa Indonesia guna memperbaiki efisiensi modal negara kita dalam menyongsong Indonesia Emas 2045,” lanjut Ariawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: