Menurutnya, anggota Tagana Jatim yang berjumlah 1.908 orang bisa dioptimalkan dalam sinergi dengan DP3AK Jatim, utamanya pada sub kluster perlindungan perempuan dan anak serta pemberdayaan perempuan.
“Rembug nyekrup seperti ini mungkin satu-satunya di Indonesia. Kita akan jadi pelopor penanganan bencana responsif gender,” tegasnya.
Sebagai langkah awal penanganan bencana responsif gender, di hari yang sama usai perayaan HUT Tagana, pihaknya melatih Tagana untuk memilah data korban bencana, terutama perempuan, anak, disabilitas, dan lansia.
“Ini perlu dioptimalkan Tagana, karena seringkali pendataan menjadi hal yang sulit ketika bencana,” katanya.
Pihaknya juga menyiapkan “Tenda Ramah Anak†sebagai perlindungan bagi perempuan dan anak di lokasi bencana. Nantinya, tenda tersebut akan bekerja sama dengan relawan Tagana. Nantinya dalam pembentukan Kampung Siaga Bencana (KSB), pihaknya juga akan men-support dengan menyediakan Tenda Ramah Anak.
“Kami mengusulkan ada koordinator Tagana perempuan di setiap kabupaten/kota yang nanti disiapkan untuk men-support kegiatan DP3AK Jatim yang berhubungan dengan perempuan dan anak,” ujar Novi yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Dinsos Jatim ini.
Dia memaparkan, support itu berupa turut serta dalam penanganan kekerasan perempuan dan anak dalam kebencanaan, mencegah usia pernikahan dini pada pasca bencana, serta mencegah bullying pada saat bencana.
Pemberdayaan perempuan juga bisa dilakukan Tagana dengan menyiapkan masakan seperti di dapur umum yang menjadi keahlian Tagana, serta mendampingi korban bencana untuk mandiri dengan merintis usaha. (Tim)