EDITOR.ID, Mojokerto, – Gerakan Pemuda Peduli Demokrasi (GPPD) melaksanakan deklarasi dan kampanye serentak pada Sabtu (5/12) di 15 Kabupaten dan Kota di Jawa Timur sebagai langkah menolak hoaks dan politik uang.
“Gerakan ini bertujuan memberikan penyadaran dan sosialisasi terkait bahaya politik uang dan hoaks kepada masyarakat Luas. Apalagi ini (beberapa wilayah, red) momennya jelang Pilkada.” Ujar Risyad Fahlefi, Ketua Umum Gerakan Pemuda Peduli Demokrasi (GPPD).
Risyad juga menyampaikan bahwa Politik Uang sudah marak dan membudaya di Jawa Timur.
“Data yang kami pegang menunjukan politik uang di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Tujuh dari sepuluh orang yang tinggal di daerah kota/kabupaten di Jawa Timur bahwa Uang merupakan motif utama untuk memilih salah calon pemimpin”, ujar Risyad menegaskan.
Koordinator GPPD Kab. Mojokerto Diovanny Anggoro, prihatin terhadap maraknya politik uang sehingga tergerak untuk mengedukasi masyarakat.
“Kami merasa bahwa money politics marak di kawasan Mojokerto. Apalagi anak muda di Mojokerto juga banyak yang bermain (politik uang, red). Dari situ kami sadar akan maraknya hal tersebut. Dan kami memutuskan untuk turun ke jalan untuk mengedukasi masyarakat agar tidak terpengaruh dengan adanya politik uang tersebut”.
Aksi yang dilakukan oleh GPPD ini mendapat sambutan yang bagus dari publik di setiap daerah di Jawa Timur, terlebih di kota Ponorogo yang baru saja terjadi kasus penangkapan mobil berisi uang “serangan fajar” berisi ratusan juta.
“Proses Pilkada di Ponorogo sekarang membuat masyarakat terjebak dalam situasi yang sulit. Sulit untuk menentukan kriteria pemimpin karena maraknya politik uang dan hoaks. Sebagai generasi penerus sudah seharusnya kita memperbaiki kualitas demokrasi untuk generasi mendatang,” Ujar Reyval Bayu Koordinator GPPD Ponorogo. (Tim)