Analisis lainnya juga diungkapkan oleh pengamat politik, Dimas Oky Nugroho. Dimas mengatakan bahwa isu-isu seperti sumber daya manusia yang menjadi perhatian pemerintah saat ini, ekonomi umat dan ekonomi kreatif, kewirausahaan, serta kesehatan adalah persoalan yang saat ini dihadapi generasi milenial.
“Jika kandidat capres adalah Jokowi dan Prabowo, maka keduanya harus memilih kandidat cawapres yang merepresentasikan generasi muda. Sosoknya harus memiliki karakter yang kuat, kapasitas dan pengetahuan pemerintahan yang baik, integritas yang jernih, bukan hasil dari proses politik yang instan, serta memiliki komitmen kebangsaan dan keumatan yang tak diragukan,” kata Dimas yang juga merupakan Direktur Akar Rumput Strategic Consulting.
Menurut Dimas, pemilih muda memiliki pengaruh yang sangat menentukan pada Pilpres 2019 nanti.
“Apabila Abdul Somad dipilih Prabowo menjadi cawapresnya, menurut saya yang patut menjadi cawapres Jokowi adalah sosok pemimpin muda Muslim yang memiliki basis sosial dan politik yang kuat. Sosok itu bisa dilihat pada sosok Gus Yaqut, Ketum GP Ansor saat ini. Gus Yaqut juga memahami isu-isu sosial ekonomi dan isu keanakmudaan secara lebih luas,” pungkasnya.
Sementara itu, Andre Rosiade mengatakan bahwa pemimpin ke depan harus dapat menyiapkan lapangan kerja baru bagi generasi muda.
“Saat ini banyak generasi muda ketika lulus sekolah atau perguruan tinggi bingung mencari kerja dimana. Pemerintah harus membuka lapangan pekerjaan dan mengakomodir kebutuhan generasi milenial,” kata Wasekjend DPP Gerindra ini.
Menurut Andre, setiap kandidat tidak hanya menebar janji politik, tapi harus tampil apa adanya dan berkomitmen penuh melakukan janji kampanyenya serta menjaga keutuhan bangsa dan negara.
Ketua Umum PP GMKI, Sahat Martin Philip Sinurat mengatakan bahwa Pilpres 2019 belum tentu mendapatkan capres dan cawapres yang ideal, jika narasi politik yang dibangun masih seperti saat ini yaitu saling menebar kebencian dan mempersoalkan perbedaan.
“Perbedaan pandangan politik hal yg wajar dalam demokrasi. Karena itu para kandidat dan elit politik harus menunjukkan bagaimana sebenarnya politik yang sejuk, etis, damai kepada generasi muda. Capres cawapres harus menjadi negarawan sejak saat ini, yaitu dengan memastikan tidak ada kampanye yang bermuatan SARA ataupun memecah belah persatuan bangsa,” kata Sahat.
Menurut Sahat, isu generasi milenial saat ini antara lain tentang kualitas SDM, pendidikan, pekerjaan, tantangan narkoba, korupsi, dan radikalisme. Selain itu juga pangan, energi, lingkungan dan kepemilikan lahan, serta tempat tinggal.
“Persoalan yang berkaitan dengan generasi milenial harus diurus oleh Menteri yang mewakili generasi muda, seperti di bidang pemuda, lingkungan, perempuan dan anak, serta ekonomi kreatif. Siapakah capres dan cawapres yang siap berkomitmen tentang hal ini,” pungkasnya. (tim)