Saudi memberi waktu 48 jam untuk Duta Besar Lebanon meninggalkan Riyadh, pada Jumat (29/10).
Sebaliknya, Arab Saudi juga menarik Duta Besarnya dari Lebanon.
Hal itu terjadi setelah terdengar pernyataan penghinaan yang dibuat oleh seorang menteri Lebanon tentang keterlibatan Arab Saudi dalam perang Yaman.
Tidak hanya pengusiran Duta Besar, Arab Saudi itu juga menghentikan semua impor dari Lebanon, yang menurut Bank Dunia berada dalam krisis ekonomi terburuk sejak pertengahan abad ke-19.
Adapun alasan penghentian impor yakni berkaitan dengan keamanan kerajaan dan rakyatnya, seperti yang dilansir dari AFP pada Jumat (29/10).
Keputusan Arab Saudi diumumkan oleh pihak Kementerian Luar Negeri, “pemanggilan duta besar di Lebanon untuk konsultasi, dan keberangkatan duta besar Lebanon untuk kerajaan dalam waktu 48 jam”, atas pernyataan “penghinaan” yang dibuat minggu ini oleh menteri informasi Lebanon.
Riyadh menyesalkan memburuknya hubungan dengan Lebanon dan mengatakan jika akan mengambil langkah lebih lanjut terhadap Beirut, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati bereaksi cepat, mengatakan dia menyayangkan langkah Saudi.
“Kami sangat menyesal atas keputusan kerajaan dan berharap itu akan mempertimbangkan kembali. Adapun kami, kami akan terus bekerja untuk menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan”, kata Najib Mikati.
Menteri Informasi Lebanon George Kordahi mengatakan dalam sebuah wawancara televisi bahwa Houthi yang didukung Iran sedang membela diri dan melawan agresi eksternal.
Ia menambahkan berkata bahwa “rumah, desa, pemakaman, dan pernikahan dibom” oleh koalisi Saudi.
Dalam wawancara yang direkam pada Agustus, tetapi ditayangkan pada Senin (25/10/2021), Kordahi juga menyebut perang 7 tahun di Yaman terlihat sia-sia dan mengatakan bahwa saatnya Saudi untuk mengakhiri.
Pernyataan menteri Lebanon itu memicu amarah anggota koalisi militer, terutama Arab Saudi.