Dua Orang Tewas Dimakan Buaya Raksasa, BKSDA Minta Warga Waspada di Tepi Sungai

Sebab, dalam sepekan terakhir warga telah menangkap empat buaya di sungai tersebut termasuk buaya raksasa yang telah memakan korban.

Padang, Sumatera Barat, EDITOR.ID,- Seekor buaya raksasa di sungai Batang Mandi Angin Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar) diduga telah menyerang tiga orang dan memakan dua warga setempat hingga tewas.

Buaya yang berukuran lima meter akhirnya berhasil ditangkap warga dan diserahkan ke tempat transit satwa di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar menghimbau kepada warga sekitar sungai Batang Mandi Angin Kabupaten Pasaman Barat agar berhati-hati saat menelusuri sungai tersebut.

Sebab, dalam sepekan terakhir warga telah menangkap empat buaya di sungai tersebut termasuk buaya raksasa yang telah memakan korban.

Kepada wartawan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Ardi Andono menjelaskan, aksi penyerangan buaya terhadap warga itu terjadi pada Januari lalu. Sebanyak dua orang tewas dan satu orang luka-luka akibat serangan buaya tersebut.

“Proses penangkapan buaya berukuran lima meter dengan diameter perut kurang lebih 70 cm itu dilakukan secara mandiri oleh warga Pasaman Barat,” ujarnya sebagaimana dilansir dari CNNIndonesia.com, Rabu (8/02).

Dikatakan Ardi, warga juga menangkap buaya lainnya berukuran 1,5 meter di tempat yang sama dalam dua hari terakhir.

Selain di Pasaman Barat, lanjutnya, penangkapan buaya secara mandiri oleh warga juga terjadi di Padang Pariaman dan di Tigo Nagari, Pasaman.

“Total ada empat buaya yang ditangkap warga,” katanya.

Kemudian, ia menyampaikan seluruh buaya sudah dievakuasi di tempat transit satwa. Pihaknya berterima kasih kepada warga yang telah memberi fasilitas mengangkut buaya.

Ia berharap konflik buaya dan manusia di Sumbar dapat mereda. Ia pun mendorong warga menyiapkan habitat untuk dijadikan penangkaran semi alami sebagai daya tarik wisata.

“Perlu dipertimbangkan adanya pakan dan pengelolaan yang baik terkait dengan penangkaran tersebut,” jelasnya.

Menurut Ardi, perilaku penyerangan buaya tersebut terjadi akibat fase siklus hidup buaya yang tengah memasuki musim kawin dan bertelur pada Januari hingga Maret.

Buaya yang akan kawin dan bertelur cenderung mencari lokasi yang aman dari gangguan individu lainnya. Terutama induk buaya, akan bersiaga di sarang telurnya.

“Induk buaya ketika menjaga telurnya akan sangat agresif dan sensitif terhadap keberadaan mahkluk lain termasuk manusia,” jelasnya.

Untuk mencegah konflik manusia dan buaya, Ardi mengimbau masyarakat tidak beraktivitas di wilayah yang potensial sebagai sarang buaya.

Kemudian meningkatkan kewaspadaan jika menggunakan perahu di sungai atau muara sungai terutama jika perahu berisi ikan, kerang atau udang. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: