Belajar Melestarikan Kehidupan di Pesantren Rumah Bambu Abah Jatnika

Menanam bambu untuk satu rumpun akan menghasilkan tiga ratus batang bambu. Jika ditanam di lahan satu hektar dengan seribu rumpun maka akan muncul dua ratus ribu batang bambu yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan bisa mengatasi kemiskinan.

Abah Jatnika Bapaknya Bambu Indonesia

Abah Jatnika menceritakan kiprahnya sebagai “bapaknya bambu di Indonesia”. Hingga kini, ia masih aktif mendidik para ahli pembuat rumah bambu maupun kerajinan bambu lainnya. Pada tahun 2006, Jatnika yang sudah mengembangkan 41 model rumah tradisional bambu khas Jawa Barat mematenkan hak cipta untuk rumah bambu semi permanen.

Abah Jatnika telah menghasilkan lebih dari 9.000 rumah bambu yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Atas prestasinya ini, Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) memberikan penghargaan untuk kategori Pembuatan Rumah Tradisional Sunda Terbanyak.

Berbekal ilmu seni Karawitan Parahyangan dan kerajinan bambu sejak masih kanak-kanak yang didapat turun-temurun dari orang tuanyalah, maka Jatnika mampu menghasilkan arsitektur rumah yang berkelas dan diminati warga asing.

Pada Jumat Malam Abah Jatnika Memberikan Pengajian kepada Majelis Santrinya di Rumah Bambu

Mengenal Bambu Sejak SD Karyanya Diapresiasi Dunia

Abah Jatnika menekuni dunia bambu sejak muda. Bahkan selesai kuliah tahun 1981, Abah Jatnika menekuni seni pembuatan rumah bambu. Hingga hasil karyanya diapresiasi dunia internasional dan Abah Jatnika mampu mengekspor kerajinan bambu sejak tahun 1985.

Dari masih Sekolah Dasar (SD) Abah sudah mengenal bambu dan belajar menganyam bambu untuk dijual. Bagi Abah, bambu menjadi bagian dari hidupnya dan kebutuhan hidup masyarakat karena bambu sangat berperan terhadap kelestarian lingkungan.

Abah Jatnika belajar tentang bambu sudah 50 tahun dari para leluhur, serta lewat berkunjung ke seluruh penjuru Indonesia. Ilmu tentang bambu diajarkan disini.

“Saya mengenal bambu ini sudah 50 tahun lebih. Masa kecil saya di daerah Sukabumi sudah belajar membuat perkakas dari bambu, seperti bilik, bedek, alat rumah tangga, permainan seperti enggrang, dan layang-layang. Menurut saya, orang yang lahir sampai meninggal masih membutuhkan bambu di hidupnya karena bambu bagian dari kehidupan,” kata Abah Jatnika.

Karyanya Diapresiasi Dunia

Abah Jatnika diminta berkreasi membuat rumah bambu di berbagai negara, antara lain Malaysia, Brunei Darussalam, Jepang, Qatar, Abu Dhabi, dan Ukraina. Rumah bambu Abah Jatnika ini telah mendapatkan Hak Paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kemenkumham, Nomor C00200601900-1952.

Pengerjaan rumah bambu ini telah melahirkan banyak pengrajin pendukung, antara lain pengrajin bilik (600 orang), hateup (400 orang), dan juru tebang (220 orang). Total keseluruhan jumlah pengrajin yang terlibat sebanyak 1.220 orang.

Selamatkan dari Kepunahan Kampanyekan Tanam Bambu

“Lahan penanaman bambu sudah berkurang banyak, makanya saya mempertahankan lahan yang masih ada ini yakni di rumah saya sendiri untuk mengembangkan bambu. Ketika itu banyak orang yang menyarankan agar tempat tinggal saya dijadikan tempat wisata bambu tapi saya tidak mau karena nanti akan rusak,” ujarnya sambil tertawa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: