EDITOR.ID, Jakarta,- Kritikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia yang menyatakan “Presiden Joko Widodo King of Lip Service” mendapat tanggapan tegas dari salah seorang Relawan Jokowi.
Relawan Jokowi itu adalah Edi Winarto. Menurut Edi, kritikan BEM UI menunjukkan mahasiswa di kampus tersebut sudah tidak punya atitude, kesantunan dan kapasitas intelektual.
“Seharusnya kritikan disampaikan tanpa menggunakan kata yang bertendensi menghina personalitas Pak Jokowi, tapi disampaikan dengan elegan, saya yakin pak Jokowi akan sangat mendengar tiap masukan,” ujar Edi Winarto di Jakarta, Selasa (29/6/2021)
Edi Winarto menyarankan kepada BEM UI untuk menyampaikan kritikannya dengan keadaban dan secara santun. “Ada tata kramanya, misalnya mengundang pak Presiden berdialog dengan mahasiswa, saya sangat yakin pasti didengar. Pak Jokowi jangankan mahasiswa, kaum sopir, nelayan, ibu-ibu rumah tangga pun beliau dengar, masak mahasiswa tidak,” kata Edi Winarto, Relawan Jokowi yang saat kampanye capres 2019 lalu membentuk relawan Gen Milenial dan Duta Jokowi untuk menggalang massa memenangkan Joko Widodo-Maruf Amin.
Jangan sampai, lanjut Edi Winarto, kritik itu hanya kemasan. Tujuan utamanya mendegradasi kewibawaan kepala negara. Sehingga justru lebih suka diumbar ke publik dengan tujuan publik makin membenci pak Jokowi.
Edi Winarto justru menyindir intelektualitas dan kesantunan mahasiswa BEM UI kalah dengan para sopir kontainer truk di Tanjung Priok yang mampu mengkritik Presiden melalui media sosial soal pungutan liar dan Premanisme.
“Masak calon pemimpin dan kaum intelektual seperti mahasiswa kalah santun dalam menyampaikan pendapat dibanding para sopir kontainer di Tanjung Priok. Para sopir itu justru mampu menyampaikan uneg-uneg dan kritikan hingga mampu mendorong Presiden melakukan perang terhadap premanisme, ini fakta,” kata pemerhati masalah hukum ini.
Edi Winarto melihat setiap hari Presiden Jokowi berjalan berkeliling daerah. Menemui nelayan, petani, sopir. Ketika berdialog kalangan nelayan, petani, sopir itu tak segan mengkritik Presiden terkait kinerja dan Presiden langsung merespon dengan cepat, bahkan langsung menelepon Menterinya agar segera memenuhi harapan rakyat.
Edi Winarto meminta para mahasiswa yang tergabung di BEM UI untuk lebih cerdas sedikit terkait tuntutan mereka. Misalnya seperti UU Ciptakerja.
“Bagaimana kita akan kompetitif menarik investasi jika kemudahan perijinan tidak ada karena kita tersandera dengan UU lama,” ujar Edi Winarto.
“Oleh karena itu pak Jokowi membuat inovasi dan gebrakan dengan karya monumentalnya Ombnibus Law, penggabungan UU ini sudah melalui masukan panjang para pakar hukum,” tambahnya.
Tujuan UU Ciptakerja dilahirkan adalah menarik investasi agar memiliki kemudahan dalam berusaha di Indonesia sehingga akan menciptakan jutaan lapangan kerja. “Kita sudah kalah jauh dari Vietnam dan Malaysia, masak kita terus jalan di tempat,” kata pria yang juga staf Pengajar ini.
Jika memang mahasiswa tidak setuju dengan UU Cipta Kerja tunjukkan pasal yang mana yang merugikan masyarakat. Jika memang pasal soal ketenagakerjaan, mahasiswa bisa membentuk kelompok kerja untuk mengawasi dan memantau proses penyusunan Peraturan Pemerintah sebagai regulasi pelaksanaan soal Ketenagakerjaan sehingga tidak merugikan kaum buruh.
“Kritik tidak dilarang justru harus kita hargai dan dorong, namun jangan sampai kritik muncul dengan marwah kebencian dan ketidaksukaan sehingga yang muncul selalu hal yang salah,” kata Edi Winarto.
Sebelumnya, BEM UI mengunggah konten kritik terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo. Mereka melabeli Jokowi dengan julukan king of lip service.
BEM UI menilai Jokowi banyak mengumbar bualan yang nyatanya tak dilaksanakan. Mereka mencontohkan soal anjuran demo oleh Jokowi diiringi represivitas aparat keamanan.
Ada pula kritik terkait pernyataan Jokowi soal UU ITE. BEM UI juga mengkritik soal UI Cipta Kerja.
“Stop membual, rakyat sudah mual,” tulis BEM UI dalam rangkaian unggahan di media sosial tersebut. (tim)