EDITOR.ID, Semarang,- Peluang pasangan Calon Gubernur Jawa Tengah Sudirman Said–Ida Fauziah untuk memenangi pemilihan kepala daerah 2018, nampaknya sangat kecil. Jagoan Partai Gerindra, PKB, PAN dan PKS itu disebut kalah di semua lini dalam melawan petahana Ganjar Pranowo yang berpasangan dengan Taj Yasin.
Dari sejumlah lembaga survey menyebutkan mantan Menteri ESDM ini tak begitu menarik perhatian para pemilih Jateng. Sementara pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimun yang diusung PDIP, NasDem, Golkar, PPP dan Demokrat, menguasai elektabilitas diatas 70 persen.
Hasil riset dari Charta Politika Indonesia sejak 23 sampai 29 Mei lalu menyebut, pasangan Ganjar-Taj menang telak dengan tingkat elektabilitas sebesar 70,5 persen. Sedangkan pasangan Sudirman-Ida jauh di bawah dan hanya dipilih oleh 13,6 persen responden.
“Elektabilitas pasangan Ganjar Pranowo – Taj Yasin berada jauh mengungguli pasangan Sudirman Said – Ida Fauziyah,” ujar Direktur Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya dalam konferensi pers di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (7/6/2018).
Yunarto menjelaskan, kalau dilihat dari sisi daerah pemilihan, penguasaan suara praktis masih didominasi oleh pasangan petahana.
“Pasangan Ganjar-Taj Yasin menguasai sepuluh dapil,” ungkapnya.
Setidaknya ada 15,9 responden yang belum menentukan pilihan. Meski pasangan Sudirman-Ida berhasil merebut suara mereka, Yunarto memastikan Ganjar-Taj Yasin tetap menang.
Survei ini dilakukan dengan metode wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Adapun jumlah responden adalah sebanyak 1.200 responden warga Jateng. Para responden dipilih dengan metode acak bertingkat atau multistage random sampling.
Tak hanya Charta Politika, survei yang dilakukan Kompas juga mengungkap bukti “kekalahan†pasangan Sudirman-Ida.
Hasil rilis survei Kompas menunjukkan keunggulan Ganjar – Yasin di berbagai aspek meliputi agama, etnis, pendidikan, kelas sosial dan partai. Dengan kata lain, fakta itu ingin mengatakan, nyaris tidak ada peluang Sudirman–Ida untuk memenangi pilkada dari aspek demografis.
Tentu saja politik tidak sekadar aspek demografis. Di akhir-akhir pencoblosan, apapun bisa terjadi. Mirip seperti bermain bola yang boleh jadi keadaan akan berbalik di menit-menit terakhir.
Itu sebabnya, survei Kompas tersebut menunjukkan peluang Sudirman–Ida untuk memenangi pertarungan pada Juni nanti.
Dari aspek geografis, pasangan Sudirman–Ida disebut hanya kuat di Semarang dan Brebes. Akan tetapi, tidak mayoritas.
Pasangan tersebut karenanya perlu membangun kekuatan penuh untuk meraup suara terbanyak di kedua daerah itu.
Namun, tentu saja tidak melupakan daerah-daerah lain seperti Sragen, Surakarta, Boyolali, Grobogan dan Wonogiri. Juga tidak melupakan Banyumas, Purbalingga dan Kebumen.
Dari sudut aspek status sosial ekonomi, pemilih Sudirman – Ida umumnya dari kelompok sosial berpendidikan tinggi. Oleh karena itu pasangan ini mesti punya strategi jitu untuk merebut pemilih kalangan menengah ke bawah yang merupakan basis pemilih Ganjar – Yasin. Untuk kalangan ibu rumah tangga, misalnya, 82,1% merupakan pemilih Ganjar- Yasin.
Lalu, aspek agama. Kendati disokong PKB, partai yang identik dengan NU, semestinya pasangan Sudirman – Ida mampu meraup suara dari kalangan NU dan Muhammadiyah. Terlebih PAN merupakan salah satu partai pendukung pasangan tersebut dan dianggap dekat dengan kalangan Muhammadiyah. Faktanya, justru kalangan NU dan Muhammadiyah solid mendukung Ganjar – Yasin.
Kemudian, berdasarkan modal partai, dukungan koalisi empat partai pendukung mencapai 37,4%. Namun, dukungan simpatisan partai pengusungnya hingga kini masih terlalu kecil. Sejauh ini, dukungan massa dari lintas partai tetap mayoritas kepada Ganjar – Yasin.
Terakhir dari aspek nilai jual karakter dan pengalaman. Sudirman dianggap memiliki potensi itu terlebih pernah menjabat sebagai Menteri ESDM. Ia dinilai jujur dan bersih dari korupsi. Karakter ini menjadi penting karena penilaian publik terhadapnya mencapai 20,3%. Kendati pilkada tinggal sekitar 3,5 bulan, peluang Sudirman – Ida tetap terbuka. Karena tidak ada kata tidak mungkin dalam politik.
Meski sejumlah lembaga suvei telah merilis data minimnya dukungan rakyat Jateng untuk Sudirman Said, Partai Gerindra tetap optimis jagoannya akan meraup suara di last minute. Menjelang pencoblosan sikap masyarakat akan berubah.
Meski masih kalah tenar dari rivalnya, Ganjar Pranowo-Taj Yasin, menurut Gerindra elektabilitas Sudirman-Ida menunjukkan kenaikan yang signifikan bergerak naik.
“Ini pelecut bagi kami. Kalau Sudirman Said masih kalah populer dari Ganjar Pranowo, ya, wajar karena beliau kan petahana,” kata Sekretaris Partai Gerindra Jawa Tengah, Sriyanto Saputro, di Semarang beberapa waktu silam.
Berdasarkan survei yang dirilis PDIP, elektabilitas Sudirman-Ida mencapai 22 persen, sedangkan Ganjar-Yasin mencapai 88 persen. Meski kalah jauh, Sriyanto menganggap itu hasil menggembirakan. Sebab, sebulan lalu, elektabilitas Sudirman-Ida masih 11 persen.
“Patut dicermati dari survei internal PDIP, berarti elektabilitas SS (Sudirman Said) sekarang ada kenaikan seratus persen. Jadi patut dihargai sebagai pelecut semangat untuk terus bergerak menembus akar rumput masyarakat Jawa Tengah,” katanya. (tim)