Catur Giri Sungkowo (47). Korban bom Surabaya yang ke 14 saat masih dirawat di ruang ICU RS Dr Soetomo. Korban ditunggui putra satu-satunya, Marvel. (Sumber Foto: Tribunnews.com)
EDITOR.ID, Surabaya, – Duka mendalam dialami keluarga Almarhum Catur Giri Sungkowo (47). Korban bom Surabaya yang ke 14. Catur meninggal dunia di rumah sakit karena luka bakar di atas 80 persen. Keluarga begitu merindukan sosok Catur.
Korban adalah seorang muslim yang sudah lebih dari 25 tahun bekerja sebagai Satpam di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Sawahan di Jalan Arjuno Surabaya. Keamanan gereja selama ini menjadi tanggungjawabnya.
Seperti saat mobil berisi bom yang dikemudikan Dita Oepriarto berusaha menerobos halaman gereja pada Minggu (13/5/2018) pagi pekan laku.
Dengan gagah berani, Catur bersama dua orang juru parkir gereja berusaha menghadang mobil tersebut. Namun, Catur bersama dua orang juru parkir ditabrak, dan akhirnya mobil meledak. Tubuh ketiga orang itu pun terpental.
Catur terkena imbas dari jarak dekat saat teroris Dita Oepriarto meledakkan bom dalam mobil yang dikendarainya pukul 07.53 WIB.
Catur langsung dilarikan ke rumah sakit. Kondisinya saat itu sudah terbilang parah. Catur meninggal akibat mengalami luka bakar 80 persen imbas ditabrak mobil bom bunuh diri. Catur sempat mendapat perawatan di RSU dr Soetomo. Namun takdir berkata lain. Catur meninggal dunia Jumat malam.
Keluarga sempat kebingungan mencari Catur pasca kejadian. Itu disebabkan karena keluarga tak tahu Catur sudah dilarikan ke rumah sakit.
“Saya dan mama saat di lokasi sempat sedih, karena ayah tidak ditemukan pasca ledakan. Tidak lama kemudian, teman ayah sesama sekuriti memberitahu jika ayah dirawat di RSU dr Soetomo,” cerita Marvel.
Marvel menceritakan, dirinya sempat melihat rekaman CCTV saat kejadian. Saat itu dia melihat jika ayahnya bersama dua juru parkir gereja berusaha menghadang mobil yang menerobos masuk halaman gereja.
“Ayah dan dua jukir terlempar karena ditabrak sebelum ledakan, dan Ayah sempat minta tolong,” tambahnya.
Marvel yang sudah sepekan menunggui sang ayah di rumah sakit mengaku sudah ikhlas dengan kepergian sang ayah. Meski begitu, rasa rindu terhadap Catur yang selama ini selalu meluangkan waktu untuk keluarga, tak pernah terobati.
“Paling saya rindukan, makan bareng, lihat televisi bersama. Karena hampir tiap hari ayah selalu meluangkan waktunya untuk bersama saya dan mama,” kenang Marvel.
Catur merupakan satu-satunya tulang punggung bagi keluarga. Meninggalnya Satpam Gereja Pantekosta ini menjadi pukulan berat bagi keluarga.
Marvel menilai ayahnya yang bekerja sebagai satpam di Gereja Pantekosta hampir 25 tahun itu merupakan kepala keluarga yang bertanggungjawab dan pendiam. “Ayah itu orangnya pendiam, hanya bicara ketika ada perlunya. Termasuk pada siapapun, sama mama dan saya juga seperti itu,” ungkapnya.
Catur, meninggalkan seorang istri dan 1 anak Marvel Putra Hasinata Casa berusia 20 tahun. Marvel sendiri saat ini masih belum mendapatkan pekerjaan, meski lulus SMA 2016 lalu.
Kini, Marvel hanya pasrah dan ikhlas dengan kondisi saat ini. Namun, keihklasannya terbayar usai Wali Kota Tri Rismaharini menawari dirinya untuk bekerja di lingkungan Pemkot Surabaya.
“Bu Risma hanya berpesan, kamu harus kuat, kamu yang sabar. Nanti kamu kerja ikut saya di Pemkot,” ujar Marvel menirukan pesan Risma yang berkunjung ke rumah duka.
Catur adalah korban tewas ke-14 dari pihak warga. Sedangkan dari pihak pelaku korban tewas bom gereja di Surabaya berjumlah enam orang.(tim)