Ya. Satu filosofi hidup dari Minangkabau “Hiduik Baraka, Baukua Jo Bajangko” yang berarti Hidup berakal, berukur dan berjangka yang maknanya sebagai manusia kita diciptakan Allah SWT dengan dibekali akal pikiran. Kita harus tahu yang wajib dan sunah, yang halal dan haram, serta yang mubah dan jaiz.
Selayaknya kita mengerti dari mana kita berasal dan untuk apa kita diciptakan. Setinggi apa pun pangkat dan jabatan kita, sepanjang apapun gelar yang menghiasi nama kita, seberapa pun banyaknya atribut duniawi yang kita sandang, tetap tidak akan mengubah tujuan penciptaan kita yaitu hanya untuk beribadah dan menyembah Allah SWT.
Semua itu harus kita pahami karena jatah hidup kita terbatas dan ada jangka waktunya yang tidak bisa dimajukan atau dimundurkan walau satu detik saja.
#Apa yang Anda hendak disampaikan?
Jangan pernah melakukan sesuatu yang akan kita sesali nanti pada saat kita telah purna dari tugas ataupun purna dari kehidupan ini.
Kita perlu membangun komitmen dengan diri sendiri untuk terus menuntut ilmu sejak buaian hingga ke liang lahat. Kedua, dalam perkara yang berkaitan dengan hilangnya uang negara, saat ini hukum kita menderita dua kali kerugian.
Kerugian pertama, uang negara hilang, dan kerugian kedua, negara masih harus menanggung makan dan tidur orang yang mencuri uang negara. Di Sebagian negara Eropa Barat, tidak ada satu pun negara yang uangnya dicuri oleh koruptor atau pengemplang uang negara, juga harus membiayai hidup dan kesehatan para pencuri dan pengemplang itu selama di penjara.
#Apa pesan Anda kepada para hakim khususnya Hakim-Hakim muda dan lebih khusus lagi dari lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara?
Saya berpesan agar memfungsikan peradilan sebagai lembaga yang menyelesaikan sengketa. Orang masuk ke dalam gedung pengadilan biasanya berada dalam keadaan bingung mencari penyelesaian atas kerumitan masalah yang mereka hadapi.
Usahakan dengan sepenuh hati agar ketika mereka keluar dari halaman gedung pengadilan, para pencari keadilan itu keluar dengan hati yang rela dan masalah yang reda.
Jangan sampai ketika pengadilan di padang mahsyar kelak kita merasa menyesal diarahkan ke neraka karena kita justru menambah masalah dan melakukan perbuatan zhalim kepada sesama.
#Anda menyadari betul, menjadi hakim tidaklah mudah ya?
Hakim itu, ibarat orang yang berhenti di persimpangan, kita bisa ditabrak dari muka, dari belakang, samping kiri dan samping kanan.
Margaret Thatcher pernah mengatakan, apabila seorang hakim melahirkan satu putusan yang luar biasa, ibaratnya dia menjadi seorang manusia yang bisa terbang, tapi orang-orang akan bilang tapi dia tidak bisa berenang.