EDITOR.ID, Yogyakarta,- Entah apa motifnya atau apakah dia suruhan seseorang, yang pasti ada seorang wanita misterius menyuruh driver ojek online mengirim makanan Sate Lontong ke seorang bernama Tommy di alamat rumahnya.
Namun karena Tommy tidak merasa kenal dengan nama pengirim maka ia menolak makanan takjil tersebut dan mengembalikan kepada driver ojol. Makanan yang ditolak tersebut dibawa pulang oleh driver ojol ke rumahnya di Pedukuhan Salakan, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Bantul
Makanan yang ditolak si penerima dan terlanjur dibawa itu lantas diberikan ke anaknya yang masih berusia 10 tahun bernama Naba Faiz Prasetya.
Namun sungguh tragis. Usai menyantap kiriman takjil sate lontong, sang bocah tiba-tiba muntah dan meninggal dunia saat dibawa ke Rumah sakit.
Tak disangka, takjil yang dibawa ayahnya yang berprofesi driver ojek online (ojol) itu ternyata mengandung racun jenis C.
Ceritanya bermula ketika sang ayah korban, Bandiman (47), tengah berisitirahat di samping sebuah Masjid di Jalan Gayam, Kota Yogyakarta tepatnya seberang kantor Radio Geronimo, Minggu (25/4). Ketika beristirahat tiba-tiba dia didatangi seorang wanita.
“Ceritanya itu habis salat asar istirahat di samping Masjid, jalan Gayam, barat Mandala Krida, depan Geronimo itu. Terus ada cewek sekitar 25 tahun menghampiri saya, dia bilang saya tidak punya aplikasi tapi saya ingin mengirimkan paket takjil ke Vila Bukit Asri di Bangunjiwo, Kapanewon Kasihan, Bantul,” ujar Bandiman saat ditemui di kediamannya, Pedukuhan Salakan, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Bantul, Selasa (27/4/2021).
Bandiman akhirnya menerima permintaan wanita tersebut. Keduanya lalu menyepakati tarif yang harus dibayar wanita tersebut untuk mengantarkan takjil tersebut.
“Saya ditanya minta berapa terus saya minta Rp 25 ribu dan malah dikasih Rp 30 ribu tidak usah mengembalikan kembaliannya,” ucapnya.
Bandiman teringat wanita tersebut masih berusia muda dan berparas cantik. Selain itu, saat menghampirinya wanita itu mengenakan hijab dan membawa dua kotak makanan yang berisi sate ayam lontong, dan satu lagi berisi snack.
“Kalau ciri-ciri dia pakai motor, berhijab umur sekitar 20-25 tahun, sendirian. Orangnya putih tinggi sekitar 160an cm pakai jilbab dan pakai baju warna cream. Kalau motor jenisnya dan pelat nomor tidak tahu. Orangnya ayu (cantik), tidak pakai masker saat itu,” ujarnya.
Bandiman pun diberi nomor telepon Tommy, calon penerima takjil tersebut. Selain itu, wanita itu mengatasnamakan pengirim makanan takjil itu sebagai Pak Hamid yang tinggal di kawasan Pakualaman. Tak menaruh curiga, Bandiman langsung berangkat menuju ke alamat penerima paket di Vila Asri FF 01, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul.
“Sampai sana sepi dan saya telepon Pak Tomy. Saya bilang dari Gojek, ini ada paket takjil dari pak Hamid di Pakualaman. Nah, Pak Tomy bilang ‘saya tidak merasa punya teman yang namanya Hamid Pakualaman e’. Apalagi sahabat apa saudara tidak punya, lalu saya telepon ibunya dan ternyata juga tidak kenal,” imbuhnya.
Paket takjil itu pun lalu dia serahkan kepada orang yang berada di rumah Tommy. Namun, paket itu ditolak karena pihak penerima merasa tidak kenal dengan pengirim takjil. Paket takjil itu pun lalu diberikan kepada Bandiman.
Dia lalu pulang ke rumah dan sampai rumah pukul 17.15 WIB. Bertepatan pula saat itu anak keduanya yakni Naba baru saja pulang dari TPA dan membawa takjil berupa gudeg, tapi karena dia tidak terlalu suka gudeg sehingga Bandiman menawarkan sate lontong yang didapatnya.
“Terus saya kasih satenya saja, saya minta 2 langsung saya makan dan anak (sulung) saya juga makan 2 tidak apa-apa. Istri saya motong lontong dan dikasih bumbu sate disuapin ke anak saya, nah saat itu anak saya bilangnya pahit, panas dan lari ke kulkas minum (air es),” katanya.
“Terus lari ke dapur jatuh dengan posisi telungkup, nah istri saya muntah-muntah dan langsung saya larikan ke Wirosaban. Saat perjalanan itu sudah keluar buih-buih itu, kaya liur itu,” imbuhnya.
Nahas, setiba di rumah sakit nyawa Naba tidak terselamatkan. Pihaknya pun menduga makanan itu beracun, dugaan ini juga diperkuat dengan pernyataan dokter yang mengatakan hal senada.
“Kalau dokternya saat itu bilang positif kena racun. Tapi racun jenis apa masih menunggu hasil lab. Saya tanya polisi masih menunggu hasil laboratorium. Karena kalau racun bisanya reaksinya nunggu 2 jam. Nah ini kok langsung bereaksi,” ucap Bandiman.
Dia pun berharap kasus takjil maut ini pun diusut polisi. Sehingga diharapkan tak ada lagi kejadian serupa ke depannya.
“Kami berharap kasus ini diusut tuntas. Karena ini sudah terjadi kepada anak saya dan sampai meninggal, jadi jangan sampai kena yang lain,” katanya. (tim)