EDITOR.ID, Kabul,- Pembunuhan dan kekerasan sadis nyaris mewarnai negara Afghanistan setelah dikuasai milisi Taliban. Tiap hari muncul aksi kekerasan yang dilakukan kelompok orang yang mengaku Taliban. Mereka membonceng isu bahwa tentara Taliban sedang memburu sisa-sisa Pasukan Nasional Afghanistan sejak mereka ditinggal kabur Amerika.
Satu demi satu tentara dan polisi resmi negara Afghanistan yang dicap “pengkhianat” dan liberal oleh milisi Afghanistan dieksekusi mati dengan cara sadis. Namun, Taliban membantah bahwa mereka yang melakukan aksi keji tersebut. Taliban mengklaim bahwa mereka telah memberikan ampunan kepada tentara Afghanistan dan pegawai pemerintahan sebelumnya.
Baru-baru ini, insiden “hukuman tembak mati” mengerikan kembali terjadi di Afghanistan. Seorang polisi wanita Afghanistan ditembak mati oleh Taliban di depan keluarganya di Firozkoh, ibu kota provinsi Ghor tengah.
Dilansir dari laporan BBC, Senin (6/9/2021), wanita yang bernama Banu Negar ini sedang hamil enam bulan dan ditembak di depan suami dan anak-anaknya.
Di sisi lain, Taliban justru mengonfirmasi hal tersebut kepada BBC dan mengaku bahwa mereka tidak terlibat dalam kematian Negar dan sedang menyelidiki insiden tersebut.
“Kami mengetahui insiden itu dan saya memastikan bahwa Taliban tidak membunuhnya, penyelidikan kami sedang berlangsung,” kata juru bicara Taliban, Zabiullah Mujaheed.
Mujaheed menambahkan bahwa Taliban telah mengumumkan memberikan amnesti atau ampunan bagi orang-orang yang bekerja untuk pemerintahan boneka Amerika sebelumnya. Taliban menyebut status pembunuhan Negar bisa permusuhan pribadi atau sesuatu yang lain.
Keluarga yang mengetahui kejadian itu merekam dengan banyak darah berceceran di dinding di sudut ruangan dan tubuh, wajahnya rusak parah.
“Tiga pria bersenjata tiba di rumah itu pada Sabtu (4/9/2021) dan menggeledahnya sebelum mengikat anggota keluarga itu,” kata kerabat.
Buru Gadis dan Janda Untuk Budak Seks
Sementara itu juga tersiar kabar bahwa milisi Taliban diduga sedang memburu dan mengincar wanita gadis dan janda usia 12 hingga 45 tahun untuk dijadikan budak seks.
Politisi sekaligus jurnalis Afghanistan, Shukria Barakzai, menjelaskan cerita kekejaman Taliban terhadap wanita dan remaja wanita yang begitu kejam.
?Mencongkel mata seorang wanita di depan keluarganya. Gadis-gadis berusia 12 tahun direnggut dari pelukan ibu mereka yang menangis untuk menjadi budak seks bagi Taliban”.
Laki-laki dihukum atau bahkan dibunuh karena ‘pelanggaran’ mendengarkan musik yang ‘salah’, atau karena berani ‘dididik?,? katanya seperti dikutip dari The Daily Mail, 21 Agustus 2021.
Di beberapa desa, anggota Taliban mencari dari pintu ke pintu mencari gadis-gadis muda.
Untuk secara paksa menikahi mereka dan mendorong mereka ke dalam kehidupan budak seks.
“Mereka sangat bertekad sehingga tidak ada perawan yang akan lolos dari cengkeraman. Memeriksa laci, lemari pakaian dan bahkan koper di rumah di mana ibu yang putus asa menyangkal bahwa mereka memiliki anak perempuan untuk memastikan mereka mengatakan yang sebenarnya,? ucap Shukria.
Taliban menyebut wanita dan gadis yang belum menikah dan janda usia 12 hingga 45 tahun disebut ?qhanimat? atau rampasan perang.
Informasi ini pun, dibantah pejabat Taliban karena perbudakan seks bertentangan dengan aturan Islam.
Bantahan itu terungkap meskipun faktanya sebulan lalu ketika para pejabat Taliban telah menerbitkan pemberitahuan yang memerintahkan para pemimpin lokal untuk memberikan daftar janda dan gadis muda di bawah 45 tahun di daerah mereka.
Menurut warga Afghanistan, Faiz Mohammed Noori, yang keluarganya meninggalkan rumah.
Kini mereka di Baghlan dan mencari perlindungan di Kabul.
“Kabul juga tidak aman. Jika mereka mengambil alih Kabul, mereka mengambil putri Anda, istri Anda, mereka tidak peduli,? kata kepada NBC.
Selain itu, kisah tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Taliban dengan mengirim wanita Afghanistan ke negara tetangga untuk dijadikan budak seks.
Seorang narasumber bernama Najla Ayoubi menceritakan kisahnya saat ia melarikan diri dari kekuasaan Taliban.
Najla Ayoubi diketahui saat ini tinggal di AS, ia mengatakan sudah banyak mendengar kisah mengerikan kekerasan Taliban terhadap perempuan.
Dilansir dari metro.co.uk ada seorang wanita yang bahkan harus dibakar oleh kelompok Taliban hanya karena hal sepele.
“Seorang wanita kemarin dibakar karena dia dituduh memasak makanan yang buruk untuk pejuang Taliban di utara negara itu,” ujarnya, dikutip dari metro.co.uk
Sedangkan wanita lainnya banyak sekali yang dilecehkan secara seksual.
Bahkan ada yang sampai dipaksa untuk menikah dengan orang Taliban itu sendiri. (tim)