Oleh : Ustadz Muhammad Tholchah al-Fayyadl
Penulis Mahasiswa Univesitas Al-Azhar Kairo Mesir
Jakarta, EDITOR.ID,- Perjalanan Isra dan Mi’raj adalah sebuah momentum sangat bersejarah bagi umat Islam. Perjalanan ini sangatlah panjang, menempuh jarak bermiliar-miliar kilometer dimulai dari Makkah hingga puncak langit ketujuh.
Tentu perjalanan ini tak mungkin dapat ditempuh dengan kendaraan pada umumnya bahkan dengan alat transportasi modern sekalipun.
Perjalanan sangat agung ini tentu menggunakan alat transportasi yang istimewa. Hal ini sangat penting mengingat rute serta persinggahan yang dilewati adalah tempat yang saling berjauhan beratus-ratus kilo jaraknya. Kendaraan yang dipakai oleh baginda Rasulullah selama Isra dan Mi’raj disebut dengan buraq.
Nama Buraq sendiri diambilkan dari asal kata “barq” yang bermakna kilat karena hewan tunggangan ini berjalan secepat kilat. Ada yang berpendapat, dinamakan buraq karena memiliki warna putih mengkilat dan berkilau cahaya.
Ada juga yang berpendapat, dinamakan buraq karena memiliki warna loreng di kulitnya, sebagaimana orang arab menyebut “barqak” (loreng) untuk kambing yang memiliki warna hitam dan putih di kulitnya. (An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim [Beirut: Dar Ihya Turats, 2003 M], juz II, halaman 210).
Imam Ibnu Hajar al-Haitami menyatakan bahwa dahulu Nabi Ibrahim yang telah menetap di kawasan Syam setiap bulannya selalu mengunjungi istrinya, Hajar, dan putranya, Nabi Ismail, di Kota Makkah menggunakan Buraq. Nabi Ibrahim mengunjungi keduanya di pagi hari dan tak lama kemudian kembali lagi untuk tidur siang di rumahnya di kawasan Syam. Hal ini menunjukkan bahwa Buraq memiliki kemampuan berlari sangat cepat melebihi kendaraan manapun.
ففي حديث أبي جهم كان إبراهيم يزور هاجر كل شهر على البراق يغدو غدوة فيأتي مكة ثم يرجع فيقيل في منزله بالشام وروي أن إبراهيم كان يزور إسماعيل وأمه على البراق.
Artinya, “Di dalam hadits Abu Jahm disebutkan bahwa Nabi Ibrahim mengunjungi Hajar, istrinya setiap bulan menggunakan Buraq. Ia berangkat di pagi hari ke Kota Makkah dan kembali untuk tidur siang (tidur qailulah) di rumahnya di kawasan Syam. Diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim mengunjungi Ismail dan ibunya (Hajar) menggunakan Buraq,” (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, [Beirut: Darul Makrifah, 2002 M], juz VI, halaman 404).
Bentuk fisik Buraq yang ditemui adalah Rasulullah adalah berwarna putih, ukurannya lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal (hewan persilangan kuda dan keledai), memiliki tali kendali, diberikan lampu di punggungnya, dan dapat berlari sangat kencang, langkahnya sejauh tempat yang ia lihat.