“Bagaimana psikologis anak yang orang tuanya tidak mampu, ikut dia ga ada biaya, tidak ikut dia merasa terpojok dan minder dengan teman-temannya, jadi serba salah,” kata salah satu orang tua ini.
Ia mengharapkan sekolah bijak dan punya atitude, akhlak, empati, integritas agar tidak semena-mena memperlakukan siswanya. “Jangan menganggap semua orang tua siswa adalah orang yang mampu membayar dalam waktu sekejap ada dana sebesar itu atau jutaan, perlu dipikirkan orang tua siswa yang berpenghasilan pas-pasan,” tuturnya.
Sumber ini mengaku prihatin dengan sikap guru dan pengelola sekolah saat ini yang tidak punya nurani, manusiawi dan berjiwa sosial. “Tidak mau peduli dengan kondisi semua siswa tapi hanya melihat kondisi siswa yang orang tuanya mampu,” katanya.
Ia berharap Dinas Pendidikan Propinsi Banten, DPRD dan dinas terkait menginvestigasi dan menelusuri pungutan uang kegiatan GTC ini untuk memastikan bahwa pungutan itu legal dan tidak membebani siswa yang tengah konsentrasi untuk mengejar dan meraih impiannya.
“Wakil rakyat harus turun ini, jangan diam saja, kejar tuh sekolah kenapa bikin kegiatan seperti ini apa motivasinya dan apakah kegiatan itu sudah adil dan tidak membebani orang tua siswa,” kata salah satu orang tua siswa.
Orang tua siswa mengharapkan anggota Dewan Propinsi peduli dan turun ke lapangan untuk membela, memeriksa, mengecak praktek pungli terselubung ini.
“Karena kan SMA sekarang dibawah pembinaan Propinsi harus ada yang peduli dan melihat kondisi yang terjadi di tempat pembelajaran ini, ada keluhan dan ada praktek apa yang tidak sesuai tujuan belajar mengajar,” tuturnya. (tim)