Sumber duit untuk membayar para anak buah Poniman itu, ungkap Asri Hadi, diambil dari setoran para sopir yang bekerja untuk ayahnya. Saat ini, ayahnya menjalankan bisnis metromini.
Setiap sore, Asri Hadi akan menerima setoran dari para sopir. Uang itu lantas digunakannya untuk mentraktir teman-temannya main di kawasan Blok M.
Asri Hadi mengatakan, sebelum menempuh pendidikan S1 di FISIP Universitas Indonesia, ia merupakan pelajar SMPN 13 Jakarta. Ada cerita menarik saat itu, ternyata tawuran antar pelajar sudah ada sejak 50 tahun lalu, kala itu SMP 13 sering tawuran dengan SMP Panghudi Luhur.
“Ada pelajar PL yang dulu sering menjadi lawan saya, tapi saat kami berdua menjadi pembicara di PTIK, ia mengenali saya dan bicara di forum tentang kenakalan saya masa di SMP”, tuturnya.
Lalu ia juga menceritakan, punya kebiasaan yang aneh bersama teman kuliahnya, ia dan temannya kerap bertindak sebagai kondektur bus jurusan Blok M – Pulogadung. Bukan sehari dua hari tapi setiap kali mereka menuju kampus UI di Salemba, Jakarta Pusat, keduanya menjadi kernet bayangan.
“Pokoknya begitu naik bus, kita teriak blem, blem (Blok-M) teriaknya harus cepat dan satu nafas, kalau Blok M, Blok M lambat dan tidak setarikan nafas. Kadang kita juga diberi uang oleh supirnya tapi kita tolak, karena teriak seperti itu memang hoby kita”, titur keduanya saling menimpali.
Ada juga kisah berkesan yang pernah ia rasakan. Asri Hadi saat itu berpacaran dengan sahabat putrinya Presiden HM Soeharto, Titiek Soeharto. Gara-gara ia memacari sahabatnya Mbak Titiek, Asri Hadi bisa dekat dan bergaul di lingkungan istana dan Jalan Cendana kediaman Pak Harto. Alhasil, Asri Hadi kemudian direkrut untuk melakukan advokasi korban narkoba di organisasi BERSAMA.
Di hari yang sangat istimewa ini Asri Hadi juga mendapatkan hadiah sebuah buku dari rekan kuliahnya di FISIP UI 1979, Alex Dungkal. Sebuah buku biografi tentang salah satu pendiri resto terkenal di Indonesia, Bakmi Gajah Mada dengan judul buku Julia Widjaya, Cinta, Bakti dan Kesetian.
Diketahui, Asri Hadi lahir pada 25 Mei 1958 di Dusun Kojai Nagari, Kecamatan Lintau Buo, Tanah Datar, Sumatra Barat sebagai anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan H. Ramli Hadi bin Abdul Hadi dan Hj. Sayang Syarif binti Muhammad Syarif. (tim)