Proyek Pipa gas Nord Stream Terancam Dibatalkan Jerman Jika Rusia menyerang Ukraina

Pipa Gas Nord Stream 2 (RT)

Jerman beri isyarat untuk hentikan proyek pipa Nord Stream 2 jika Rusia menyerang Ukraina pada Selasa (18/1). Negara-negara barat juga turut berbaris di belakang Kyiv atas hadirnya pasukan Rusia yang memicu rasa takut akan perang.

Untuk meningkatkan diplomasi setelah buntunya hasil pembicaraan dengan Rusia pekan lalu, Sekretaris Negara AS Antony Blinken direncanakan mengunjungi Kyiv pada hari Rabu (19/1) sebelum menuju Berlin dalam pembahasan mencegah agresi Rusia terhadap Ukraina yang diikuti pejabat Jerman, Inggris dan Perancis.

Di lain pihak, Inggris mengatakan minggu ini telah mulai memasok Ukraina dengan senjata anti-tank. Lalu giliran Menteri Luar Negeri (Menlu) Kanada mengunjungi Ukraina.

Sementara itu, Menlu Jerman Annalena Baerbock mengadakan pembicaraan di Moskow dan Kyiv untuk mencoba meredakan ketegangan.

Dalam pertemuan itu, Baerbock memperingatkan bahwa Moskow akan menderita jika dia menyerang tetangganya, dan Kanselir Olaf Scholz memberi tanda bahwa tanggapan Berlin mencakup menghentikan jalur pipa Nord Stream 2 yang membawa gas ke jerman.

Ditanya mengenai jalur pipa itu setelah bertemu sekretaris jenderal NATO Jens Stoltenberg, Scholz mengatakan bahwa apa yang dilakukan pihaknya untuk menghadang agresi.

“jelas bahwa akan ada harga yang harus dibayar dan segala sesuatu harus didiskusikan jika terjadi intervensi militer di Ukraina,? ungkap Scholz dilansir Reuters.

Scholz sebelumnya mengatakan bahwa jerman siap memberikan sanksi atas terjadinya serangan Rusia dan bahwa segala sesuatunya bisa diatasi. Ini akan termasuk Nord Stream 2, yang telah dibangun tetapi belum dijamin persetujuan untuk membuka.

Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan, setelah bertemu Baerbock, bahwa jalur pipa tersebut akan meningkatkan keamanan energi Eropa bila sudah terbuka. Ia menegaskan upaya untuk mempolitisasi proyek ini akan berdampak negatif terhadap produktivitas.

Rusia menyangkal rencana untuk menyerang Ukraina tetapi mengatakan itu bisa mengambil tindakan militer yang tidak ditentukan kecuali janji oleh aliansi NATO untuk tidak pernah mengakui Kyiv dipenuhi.

Puluhan ribu tentara rusia diketahui tetap di perbatasan Ukraina dan Moskow juga telah mengirim pasukan dan peralatan militer ke Belarus minggu ini dalam persiapan untuk latihan dengan sekutu dekatnya yang telah menimbulkan keprihatinan lebih lanjut di barat.

Pertemuan NATO-Rusia

Di Berlin, Stoltenberg mengatakan ia telah mengundang NATO dan Rusia untuk serangkaian pertemuan lebih lanjut di dewan nato-rusia untuk membahas cara-cara untuk memperbaiki situasi keamanan, setelah putaran pertama yang tidak meyakinkan dari pembicaraan dua tahun lalu.

“Sekutu NATO siap untuk membahas proposal konkret mengenai cara mengurangi risiko dan meningkatkan transparansi mengenai kegiatan militer dan bagaimana mengurangi ancaman ruang angkasa dan dunia maya,” dia memberi tahu sebuah konferensi pers bersama dengan Scholz.

“Kami juga siap untuk melanjutkan pertukaran briefing mengenai latihan dan kebijakan nuklir kami masing-masing,” imbuhnya.

Meskipun barat bersatu di belakang Ukraina, bekas Soviet bukan anggota NATO dan tidak memiliki kewajiban perjanjian untuk mempertahankannya.

Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah menolak mengirim pasukan ke Ukraina untuk melawan Rusia.

Setelah melakukan pembicaraan dengan Rusia dimana tidak menghasilkan terobosan, Blinken akan bertemu dengan presiden ukraina Volodymyr Zelenskiy dan Menlu Dmytro Kuleba di Kyiv pada hari Rabu (19/1)

“Amerika Serikat tidak menginginkan konflik. Kami ingin perdamaian,” kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri (Deplu) AS kepada wartawan.

“Presiden (Vladimir) Putin memiliki kuasa untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi krisis ini agar amerika serikat dan rusia dapat menjalin hubungan yang tidak didasarkan pada permusuhan atau krisis,” urai pejabat itu.

Blinken berbicara dengan Lavrov pada hari Selasa dan menganjurkan untuk mengurangi eskalasi, kata Deplu secara terpisah. Pejabat senior tersebut mengatakan keduanya memutuskan dalam panggilan bahwa akan berguna untuk bertemu secara pribadi.

Menlu Kanada Melanie Joly yang mengunjungi ukraina pada Rabu, mengatakan Ottawa akan mengambil keputusan pada saat yang tepat untuk memasok senjata militer ke Ukraina.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: