Kalau diamati sebetulnya antara marketing barang dan marketing politik bisa dikatakan serupa tapi tak sama. Hanya dalam marketing bisnis yang dipromosikan adalah barangnya atau jasanya. Terdapat perbedaan dengan marketing politik karena lebih mempromosikan orangnya dan programnya.
Selain menjual produk atau jasa marketing bisnis juga menjual janji dan itu vonisnya bisa langsung dan terukur. Misalnya, jika anda menjual produk minuman dengan janji rasanya manis, tapi ternyata tidak maka komplain bisa langsung terjadi. Ini sepertinya berbeda dengan janji pada marketing politik yang cenderung tidak terukur dan jangka waktunya yang tidak pasti.
Meski punya tujuan sama seperti meningkatkan penjualan atau mendapatkan customer atau konstituen sebanyak- banyaknya karena situasi dan kondisi berbeda, maka ada hal lain yang berbeda pula. Jika pada marketing bisnis lebih ditetapkan customer loyality, customer retwntion, customer acquisition dan shareholder objectives. Dengan demikian pada marketing politik ini ada penekanan lain yang merupakan tujuan politik itu sendiri yaitu mencapai peningkatan hidup masyarakat.
Oleh karena itu, berpolitik pada hakekatnya bukan sebatas menenangkan pilkada, pemilu atau pilpres dan menjadi rulling party, tetapi untuk mensejahterakan dan memakmurkan rakyat, the good life dan the more better life.
Jadi, marketing politik lebih dikaitkan pada idiologi dari pada aktivitas marketing. Sudah selayaknya kegiatan marketing ini dalam praktiknya ada yang mendapat sambutan dan kepercayaan masyarakat dalam jumlah yang luar biasa dan ada yang belum termasuk beruntung.
Barack Obama termasuk orang yang dalam marketingnya mendukung keuntungan tinggi. Bahkan untuk caranya menggunakan media sosial, Barack Obama dianggap pelopor penggunaan media sosial untuk memarketingkan idiologi dan visinya. Keberhasilan Obama menggunakan media sosial menginspirasi jutaan orang.
Lalu bagaimana dengan para kandidat calon presiden di negara Indonesia yang sebentar lagi akan memasuki suksesi kepemimpinan dari presiden Joko Widodo. Apakah mereka bisa menerapkan seperti yang dilakukan oleh Barack Obama yang terpilih menjadi presiden Amerika Serikat. Obama tahu bagaimana memanfaatkan media yang sedang digandrungi anak muda di AS yang merupakan segmen pemilih terbesar untuk pemilihan presiden AS, sebagai strategi pemasaran My Space, Facebook, YouTube serta online social networking lainnya menjadi tempat nongkrong ABG di negeri Paman Sam. Itulah sebabnya situs resmi Obama dilengkapi dengan hampir semua fasilitas yang ada di situs social networking.