Bisa dibayangkan jika tarif iklan komersial per setengah menit atau durasi 30 detik, biayanya kurang lebih 50 juta untuk sekali tayang. Jika seorang kandidat mempunyai lima versi iklan dan setiap harinya ditayangkan 10 slot dalam berbagai versinya, Maja akan muncul angka Rp 50 juta x 10 slot = Rp 500 juta. Jumlah itu adalah tarif normal dan tentunya harga tersebut untuk TV Nasional yang pasti berbeda dengan TV Lokal. Ini semua belum lagi kalau bicara penayangan pada jam ontime harganya bisa melonjak berkali lipat.
Itulah sedikit gambaran mengenai wajah perpolitikan nasional kini jika dilihat dari geliat dinamika persaingannya. Dengan sistem yang semakin terbuka membuatnya menjadi semakin kompetitif. Meski dengan kompetisi yang semakin ketat, mau tidak mau mengharuskan partai politik dan para kandidatnya melakukan apa saja untuk mendapatkan dukungan politik supaya bisa lolos. Strategi yang paling jitu untuk diterapkan di sini adalah marketing politik.
Gunter Schweiger and Michaela Adami ( Bruce I Newman: 1999) berkesimpulan bahwa marketing politik ini antara lain bertujuan untuk : 1) Menanggulangi rintangan aksesibilitas, 2) Memperluas pembagian pemilih, 3) Meraih kelompok sasaran baru, 4) Memperluas tingkat pengetahuan publik, 5) Memperluas preferensi program partai atau kandidat, 6) Mendorong kemauan untuk memilih.
Marketing Politik Apa yang Dijual
Apa itu marketing politik ? Dilihat dari bahasanya saja sudah bisa kira tebak. Marketing politik adalah penerapan konsep dan metode marketing ke dalam dunia politik. Dunia politik butuh marketing dengan alasan seperti yang telah digambarkan, yaitu adanya persaingan yang sangat ketat untuk merebutkan pasar (market), yang dalam hal ini adalah rakyat pemilih.
Meski demikian ada perbedaan mendasar antara marketing dalam bisnis dan marketing dalam politik. O’Shaughnessy seperti dikutif Firmanzah (2008) mengatakan, bahwa marketing politik bukanlah konsep untuk menjual partai politik ( parpol ) atau kandidat, melainkan sebuah konsep yang menawarkan bagaimana sebuah parpol atau seorang kandidat dapat membuat program, gagasan yang berhubungan dengan permasalahan global.
Hanya yang menjadi perbedaan adalah dalam marketing politik rakyat bukanlah obyek, seperti barang tetapi subyek, sehingga permasalahan yang dihadapinya harus dijadikan langkah awal dalam penyusunan program kerja. Perbedaan yang mendasar lagi adalah marketing politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan rools untuk menjaga hubungan dengan pemilih sehingga terbangun keoercayaan dan dukungan.