EDITOR.ID, Blitar, – Tema Gerakan Radikalisme dan Intoleransi jadi sorotan acara rutin Ngobrol Pintar atau Ngopi di akhir tahun 2020 ini. Kegiatan Diskusi Publik yang bertajuk “the Miracle : Muradi” ini menghadirkan pembicara tunggal, Prof. Muradi selaku Guru Besar Ilmu Politik Universitas Padjajaran Bandung.
“Muradi dikenal sebagai salah satu Akademisi yang concern pada permasalahan Keamanan Dalam negeri, melalui ngopi the miracle ini dapat menggali pemikiran Muradi terkait hal hal tersebut, yang merupakan tantangan bangsa indonesia di 2021 mendatang,” jelas Koordinator Forum Jokowi Jatim sekaligus salah satu inisiator Ngopi, Aven Januar, dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Kali ini, lanjut Aven, Muradi banyak menggambarkan tentang masuknya gerakan radikalisme dan kelompok intoleran dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ngopi the miracle itu, sebutnya, digelar pada sabtu, (19/12/2020) di Cafe Friends Reborn, Jl Kalibrantas, Kepanjen Kidul, Kota Blitar. Acara Ngopi kali ini diikuti elemen Garda Nasionalis Kota Blitar, dan elemen penggiat kebudayaan LP2BN Kota Blitar.
“The Miracle adalah merujuk kepada sosok Muradi , sosok anak muda yang berhasil dan konsisten dalam dunia akademisi hingga meraih gelar profesor di usia muda,” ungkap Aven, yang juga menjadi moderator diskusi.
Saat diskusi berlangsung, Muradi menggambarkan bahwa gerakan radikalisme dan kelompok intoleran perlu didalami secara serius dan dicegah perkembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Menjadi hal yang serius ketika hal tersebut berkembang dengan mengancam ideologi Bangsa, Pancasila, sehingga pergerakan kelompok tersebut diantara multi sektor kehidupan masyarakat tidak bisa dianggap enteng,” papar Muradi yang saat ini juga Staff Ahli Kapolri.
Muradi mengatakan sel-sel kelompok radikalisme memiliki organisasi yang bergerak sistematis. Mereka memiliki tugas dan spesialisasi di bidang siber, aksi perlawanan terhadap negara, propaganda, hingga kontra propaganda.
“Ideologi radikal mereka, dilatih oleh kelompok profesional melalui propaganda sel ke sel atau melalui pesan berantai melalui sosial media, ini salah satu yang harus dicegah perkembangannya oleh negara,” ujar Muradi.
Muradi juga menjelaskan, selain peran aktif negara melakukan pencegahan sel-sel Radikalisme, diharapkan juga adanya dukungan masyarakat dalam melakukan tindakan persuasif terhadap gejala gerakan radikalisme ataupun kelompok intoleran.