Sementara itu , Ketua Umum Himpunan Wastraprema Neneng Iskandar menyatakan sangat prihatin dengan kondisi punahnya koleksi wastra songket Minangkabau yang merupakan asset kerajinan tradisi yang pernah berjaya.
Neneng Iskandar juga menyesalkan ada beberapa koleksi wastra songket yang justru dimiliki museum di Jepang dan Amerika Serikat, sedangkan kita sendiri tidak memiliknya.
Karena Itu Neneng Iskandar yang juga pengamat wastra mengharapkan agar kita lebih berhati hati dan mencintai Wastra kita.
Lebih lanjut Ketua Umum Wastra Prema menjelaskan bahwa songket sebagai salah satu warisan budaya perlu dilestarikan dan diperkenalkan kepada generasi muda yang merupakan kekayaan budaya Miangkabau.
Kegiatan Bincang bincang ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan memperingati Ulang tahun Museum Tekstil Jakarta dan Himpunan Wastraprema ke 48 , sekaligus memperingati HUT DKI Jakarta ke 479.
Saat ini di Museum Tekstil Jakarta juga sedang berlangsung Pameran Songket bertema Beragam Tradisi dan Pesona yang menggelar 80 songket selama satu bulan dari tanggal 26 Juni hingga 26 juli 2024.
Songket yang dipamerkan ini adalah milik museum Tekstil Jakarta dan para kolektor, diantaranya Rumah Wastra Jo Seda, Koleksi Sri Sintasari (Neneng) Iskandar serta Aswin Wirjadi
.
Sementara itu, tanggal 13 Juli 2024 akan dilakukan bincang bincang Wastra Bercerita dibalik sehelai Wastar Songket dari kolektornya dengan nara sumber Rumah Wastra Jo Seda, Neneng Iskandar, Aswin Wirjadi serta Kepala Unit Pengelola Museum Seni Sri Kusumastuti akan dilakukan live streaming zoom dan melalui youtube Wastrapema.
Selain itu juga diadakan workshop tanggal 23 Juli dan 24 Juli 2024
Sekilas mengenai Himpunan Wastraprema (HWP)
Himpunan Wastraprema (HWP) merupakan suatu wadah yang beranggotakan para pencinta kain adati tradisi Indonesia yang didirikan dan dilegalisasi tanggal 28 Januari 1976.
Salah satu pendirinya adalah Ir.Safioen yang ketika itu menjabat sebagai Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian yang didukung penuh Ali Sadikin Gubernur DKI Jakarta waktu itu.
Gubernur Ali Sadikin menyediakan tempat sebuah museum, yang dikenal dengan Museum Tekstil yang diresmikan bersamaan dengan berdirinya Wastaprema pada tanggal 28 Juni 1976 .
Koleksi pertama Museum Tekstil berupa 500 helai lembar kain yang merupakan hibah dari beberapa gubernur pemerintah daerah dan anggota Himpunan Wastraprema.
Misi Himpunan Wastraprema mengangkat citra,pemahaman dan apresiasi terhadap seni budaya kain tradisional Indonesia agar semakin dikenal, diminati, dihayati dan dilestarikan untuk diwariskan ke generasi penerus.
Nama Wastraprema diambil dari Bahasa Sansekerta, Wastra berarti kain dan prema artinya cinta,