“Saya akui pada kampanye pada 2024 ini persaingannya sangat panas dan sudah kelewatan. Jadi ada proses persaingan yang terkadang menjurus adanya merendahkan paslon lain dengan bahasa yang tidak santun, ada unsur kebencian ditebarkan dengan berita fitnah melalui media sosial yang sangat massif, ini jadi bikin susah mengelola emosinya,” kata Khairil.
Oleh karena itu Khairil menilai, momen rekonsiliasi dan menyatukan kembali anak bangsa untuk bersama-sama membangun Indonesia menjadi tanggung jawab semua pihak.
Khairil meminta aksi menebar fitnah dan berita hoaks yang masih terjadi di media sosial terutama di twitter agar segera dihentikan. Khairil menengarai aksi serangan kepada paslon Capres Cawapres seperti itu masih saja berlanjut di media sosial. Khairil khawatir, jika dibiarkan, sikap seperti ini akan mempertajam potensi konflik jelang pencoblosan.
“Kami mengimbau hentikanlah di masa tenang ini jangan lagi hujat-menghujat, jangan lagi kasak-kusuk, sudah cukuplah. Bahkan tokoh-tokoh yang sudah mengerti masalah pun terjebak hitam putih seolah-olah pemilihan umum ini hanya Pilpres,” ujar Khairil.
Oleh karena itu, Khairil menekankan masa tenang harus dijadikan sebagai momen rekonsiliasi dan persiapan jika Pemilu 2024 nanti sudah selesai. “Supaya kita mudah rekonsiliasi nanti pasca pemilihan umum, jadi dua hari ini diharapkan sudah tenang semuanya seperti kebiasaan di negara kita setiap hari H pemilihan umum selalu tenang tidak ada masalah,” kata Khairil. (tim)
