EDITOR.ID, Surabaya,- Tragedi bom bunuh diri di 3 Gereja di Surabaya menyimpan duka mendalam bagi warga Surabaya. Tak terkecuali pemimpinnya. Melihat kotanya di bom jaringan teroris, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menangis.
Wali Kota perempuan pertama di Surabaya tak tega mendengar korban bom 13 tewas dan puluhan luka-luka. Banyak korban tergeletak di jalanan terkena serpihan bom.
Walikota yang sangat dicintai rakyat Surabaya ini merasa terpukul dan sedih karena banyak warganya menjadi korban pengeboman di 3 gereja. Risma mengecam tindakan teror yang memakan 13 korban jiwa tersebut.
“Tentunya sedih. Tidak mengira kita,” kata Risma lirih saat dilokasi rumah pelaku di Wonorejo Asri, Rungkut, Minggu (13/5/2018).
Selama ini kata Risma, pihaknya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk warga. Ia pun menyebutkan usaha yang dilakukan bersama jajaran hingga tingkat kelurahan.
“Selama ini saya coba melayani masyarakat Surabaya dengan baik, cari yang lapar, tidak sekolah. Saya selesaikan mengadu jalan rusak, banjir, masalah sekolah. Kalau ada yang seperti sedih saya, menyakitkan juga,” ungkapnya.
Risma juga mengutuk keras aksi pengeboman yang dilakukan satu keluarga yang dianggapnya menyalahi ajaran Islam dan ayat di Al Quran.
Coba di baca di dalam Alquran seperti itu, kita masuk di tanah suci jangankan membunuh orang. Binatang, pohon itu tidak boleh itu segitu agama mengatur. Kok sekarang kita tega. Apa yang ciptakan agama kita, tuhan yang ciptakan semua,” dengan nada emosi.
Ibu Risma ini menyampaikan pertanyaan jika salah satu korban merupakan tulang punggung keluarga sehingga anak dan istrinya menjadi terlantar.
“Coba bayangkan orang itu kepala keluarga tidak bisa hidupi anak cucunya apa tidak berdosa kemudian anak-anak itu terlantar, sekolahnya gagal lalu jadi penjahat dengan alasan kita menjadi benar. Kebenaran hanya milik Allah, titik itu. Kita manusia tempatnya salah, kita ngomong diri kita paling benar, itu lo salah,” tambahnya.
Risma kembali mengungkapkan kesedihannya mendalam atas pengebom yang terjadi di kota yang dipimpinnya.
“Saya Sedihlah, saya sudah berikan semua sampai tanganku patah. Lalu ada orang melukai orang lain. Padahal aku inginnya orang Surabaya tidak kelaparan, tidak kebanjiran, tidak macet. Tapi orang lain melukai dengan paling benar. Aku sudah melakukan segitu banyak tapi saya tidak merasa paling benar,” pungkas Risma. (tim)