Belum sampai Ganta bisa mendapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di benaknya soal R, dia keburu mendapat berita tidak mengenakkan.
“Selama ini dia mengidap hipertensi yang amat buruk. Ancaman putus kuliah kian memperburuk keadaannya. Setelah beberapa waktu tidak kuliah, tiba-tiba muncul kabar ia sedang kritis di RS. Pembuluh darah di otaknya pecah,” cuit Ganta.
R pun akhirnya meninggal pada 9 Maret 2022. Di hari pemakaman R, ibunda almarhumah bercerita ke Ganta bahwa putrinya itu adalah pribadi tangguh yang terbiasa membantu orang tua mencari penghasilan ke sana kemari sedari kecil.
Baginya, R adalah korban dari kejamnya institusi dan sistem pendidikan di negeri ini lewat komersialisasi pendidikan. Dia melihat perjuangan dan kepergian R jadi alasan semua pihak untuk terus mengawasi tata kelola institusi besar seperti UNY.
“Karna UNY nampaknya tidak pernah belajar. Terbaru, mekanisme penurunan UKT, hanya diberikan pada mahasiswa yang orang tuanya meninggal. Apakah ini tidak terlampau kejam? Apakah harus ada yang meninggal untuk mendapatkan keringanan besar? Logika ini sudah tidak waras,” tulisnya.
Tanggapan UNY
Rektor UNY Sumaryanto pun angkat bicara terkait kasus tersebut. Ia mengaku sedih mendengar kisah tersebut.
“Saya sedih, sangat berduka kalau sampai penyebabnya mahasiswa sampai tidak bisa bayar, sampai depresi, saya betul-betul sedih,” ucap Rektor UNY Sumaryanto dikutip Detik.com.
Menurutnya, UNY memiliki komitmen untuk membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan finansial. “Jadi betul-betul kalau ada mahasiswa kesulitan uang, kalau bukan UNY, yang membantu Sumaryanto, komitmennya seperti itu secara pribadi,” tegasnya.
Di UNY, lanjut dia, UKT terendah yakni Rp500 ribu hingga Rp6 jutaan per semester. “UKT terendah Rp 500 ribu satu semester, tertinggi sekitar Rp6 jutaan kalau FT (Fakultas Teknik), kalau FIK (Fakultas Ilmu Keolahragaan) Rp5 jutaan,” kata Sumaryanto.