EDITOR.ID, Jakarta,- Kinerja dan profesionalisme Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dibawah kepemimpinan Jenderal Tito Karnavian dipuji publik. Belum lama ini Alvara Research Center menggelar survei. Hasilnya, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Polri pada Mei 2018 berada di angka 82,4 persen, naik 0,5 persen dibanding Februari 2018.
Direktur Eksekutif Majelis Pemuda Indonesia (MPI) Hamidi Maghfur mengatakan, peningkatan itu selaras dengan kualitas pelayanan publik yang terus diperbaiki di tubuh Polri sejak kepemimpinan Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian.
“Memang komitmen Tito ini terlihat dalam hal reformasi birokrasi terjadi kemajuan signifikan. Polri intens meningkatkan efektifitas layanannya sampai ke daerah-daerah†kata dia melaui keterangan tertulisnya, Rabu (30/5/2018).
Di antara hasil reformasi birokrasi itu, menurutnya banyak Polres yang mendapat predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Sebagai dampaknya, masyarakat kemudian merasa terlayani dari aspek keamanan.
Dalam pengamatannya, Polri saat ini tidak lagi terkesan menempatkan diri sebagai penjaga keamanan yang mengawasi masyarakat, melainkan sebagai mitra yang mengayomi dan melindungi.
“Arus utama pelibatan pastisipasi masyarakat ini yang juga menggeser citra Polri,â€sebutnya.
Menurutnya, jika dulu keberadaan Polri terkesan berjarak dengan masyarakat, maka sejak kepemimpinan Tito kesan itu sedikit demi sedikit telah terkikis dengan strategi komunikasi yang diterapkan.
Polri, kata dia, cukup aktif berbaur dan melibatkan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah keamanan.
“Kedekatan Kapolri dengan ulama, datang langsung berdialog dengan semua stakeholders, yang kemudian diikuti oleh polisi di daerah-daerah itu efektif,” bebernya.
Pujian keberhasilan Polri terutama dalam menangani masalah terorisme juga apresiasi salah satunya tokoh asal Banten KH Babay Sujawandi.
Menurutnya, langkah cepat Polri membuktikan Korps Bhayangkara bekerja taktis profesioal dan tidak serampangan. Polri sudah tahu kekuatan sel-sel terorisme di Indonesia.
“Pak Kapolri ini luar biasa, beliau perintahkan anggotanya untuk menghentikan aksi teror berlanjut. Caranya, tangkap jaringannya,” kata Babay, dalam keterang tertulisnya, Selasa (29/5/2018).
Data Divisi Humas Polri, selama kurun waktu tujuh hari pada 14 hingga 20 Mei, penindakan terduga teroris terbanyak dilakukan Polri di Surabaya dengan menangkap 31 orang dan empat diantaranya tewas.
Adapun terbanyak kedua di Banten dan DKI Jakarta dengan 16 orang tertangkap dua di antaranya tewas. Sedangkan sisanya yakni di Riau sembilan orang dan empat diantaranya tewas, Jawa Barat (Jabar) delapan orang yang empat di antaranya tewas, Sumatera Utara (Sumut) enam orang, dan Sumatera Selatan (Sumsel) empat orang.
Menurut Babay tidaklah mudah mengungkal jaringan mereka. Karenanya, langkah cepat Polri patut dapat apresiasi.
“Saya kira itu prestasi tersendiri bagi Kapolri dan jajarannya. Dan lambat laun, kondisi terkendali dan masyarakat kembali merasa aman,” pungkasnya. (tim)