Oleh Andi Salim
Penulis Ketua Umum Gerakan Toleransi Indonesia
EDITOR.ID,- Beberapa nama-nama yang sering beredar di media sosial dan media elektronik sering muncul di publik, tentu prilaku mereka seolah-olah menampakkan sifat keterbukaan, ketulusan dan kritik terhadap situasi nasional yang berkembang.
Namun dibalik itu ada saja pihak yang memanfaatkannya untuk berbagai kepentingan, termasuk mencari dan mencuri perhatian masyarakat ditengah hingar bingar atas silang pendapat diantara para pendengar, pembaca, dan pengamat yang secara antusias bagaikan mendapatkan siraman dari berbagai informasi apapun seputar kedudukan bangsa ini.
Bagaikan semburan bensin ke arah peletikan api kecil di tungku dapur rumah rakyat yang hening hal itu menciptakan efek perpecahan yang bernuansa saling fitnah dan saling hujat diantara masyarakat awam pada sebagian besar rakyat Indonesia di era digital saat ini.
Penyebabnya tak lain adalah faktor kepentingan, baik dari sisi politik, ekonomi dan agama atau bidang lain yang kurang mendapat apresiasi ditengah gelombang disparitas yang masih menganga pada beberapa bidang dan sektor yang sejak dahulu kala kurang tertangani oleh rezim sebelumnya.
Kita sadari bahwa aktifitas apapun sulit digerakkan tanpa support pembiayaan yang kurang memadai. Banyaknya bidang-bidang untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat pun menjadi tuntutan agar segera diperhatikan pemerintah saat ini.
Apalagi pertumbuhan penduduk yang terus bertambah hingga melebihi 277 juta jiwa akan dimaknai sebagai potensi kekuatan bangsa ini dalam menggapai cita-citanya. Namun dibalik itu, jumlah penduduk tersebut juga berdampak pada disparitas sosial yang bisa menimbulkan perpecahan.
Perkara resources baik ekonomi, budaya, politik atau yang lainnya, telah banyak dikemukakan oleh berbagai penulis lain yang menuangkan kejelasan yang menjadi fakta bahwa negeri kita memang kaya akan hal itu.
Apalagi sumber-sumber energi dan perminyakan kita yang melimpah bahkan tak kalah dari negara-negara lain didunia sekalipun.
Bahkan jika pada sisi SDM yang mana dulu kita pernah tertinggal, kini seakan menyesaki bangsa ini sehingga mulai sulit membedakan mana yang pintar dan mana pula yang pandai berfikir. Maka tak heran, jika masyarakat Indonesia menjadi netizen teraktif didunia.
Politik anggaran yang jitu di era jokowi yang sejak 2014 diterapkannya, agar ketertinggalan di sektor infrastruktur dan persiapan sarana dan prasarana komunikasi serta dorongan bagi tumbuhnya sektor pertanian guna kesiapan lumbung pangan nasional, ditambah lagi pembangunan dermaga dan bandara diberbagai daerah telah menciptakan multi efek dan gairah investasi disana sini.