Dengan persetujuan Presiden Soeharto terkumpul senjata-senjata buatan Uni Soviet. Senjata ini dikumpulkan di gudang khusus milik staf Hankam dan Gudang Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma.
Memang merinding mendengar cerita Teddy, saat Indonesia membantu pejuang Mujahidin Taliban di Afghanistan dengan seperangkat persenjataan setara dengan 2 batalion infanteri.
Selain cara pengiriman yang dirahasiakan, juga pemilihan persenjataan yang berguna dilapangan untuk meningkatkan daya tempur. Keputusan mengirim senjata disepakati dalam pertemuan rahasia di Islamabad pada tanggal 18 Februari 1981 antara Letjen LB Moerdani didampingi Staf Intel Kolonel Nav Teddy Rusdy.
Saat itu pengiriman disamarkan sebagai bantuan kemanusiaan dengan pesawat Boeing B707 berlogo Pelita Air ini. Ini suatu bukti bahwa intelijen Indonesia dapat mengalahkan intelijen Amerika di Afghanistan.
Menurut pengakuan Teddy, semua nomor seri yang tertera di setiap senjata dihapus untuk mengaburkan asal sumber senjata tersebut.
Semua senjata dimasukkan di dalam peti dan diberi tanda palang merah, dicampur dengan peti obat-obatan dan selimut.
Operasi ini menurut Teddy, tidak melibatkan Atase Pertahanan RI di Pakistan yang waktu itu dijabat Kolonel Harjanto. “Ia tidak dilibatkan untuk menghindari kasus diplomatik apabila operasinya bocor.” Akhirnya operasi ini berjalan dengan mulus.
Kirim Kopassus ke Jerman
Almarhum Teddy juga yang mengirim dua putra terbaik bangsa dari Kopassus: Mayor Inf Luhut B Panjaitan dan Kapten Inf Prabowo Subianto untuk belajar anti teror di markas polisi khusus anti teror Jerman Barat GSG 9.
Datangkan 33 unit A-4 Skyhawk
Bukan itu saja sepak terjang Teddy dalam dunia intelijen. Perwira loyalis ini berhasil mendatangkan persenjataan canggih dari Israel berupa 33 unit pesawat A-4E/H Skyhawk lengkap dengan amunisi.
Itupun masih ditambah selusin unit Komob (Comunications Mobile), diboyong dari Eliat lewat laut dalam operasi bersandi Alpha di tahun 80an.
Dalam operasi ini juga dikirim bom canggih untuk Skyhawk yg dipandu laser, jenis senjata yg nanti terbukti ampuh saat perang teluk meletus 1990.
Keberhasilan operasi Alpha ini dipuji pejabat Mossad dengan sebutan “The Incredible Operations”,”Dubby”‘ Shiloah sebagai pembuka pintu dan contact person.
Sosok Teddy sangat disiplin sekali. Diruang dia terlihat pesawat pembom TU-16/KS buatan Uni Soviet. Tidak ketinggalan pula foto beliau bersama Pak Tri Sutrisno saat menunaikan ibadah haji.
Sejarah intelijen Indonesia tak bisa dilepaskan dari sejarah operasi intelijen TNI. Dan almarhum Teddy Rusdi adalah salah satu sosok perintis intelijen tersebut.
Terbangkan Pesawat Pembom
Teddy adalah orang pertama kali yang menerbangkan pesawat pembom pesawat TU-16/KS. Kata almarhum Teddy, pesawat ini mampu membawa rudal untuk serangan dari udara ke darat dan laut.
“Waktu itu, hanya dua negara di luar Uni Soviet yang memiliki pesawat ini yaitu Mesir di bawah Presiden Gamal Abdul Naser dan Indonesia dibawah kepemimpinan Ir Soekarno. Saat itu, pak Teddy berpangkat Letnan Udara II, usianya 25 tahun.
Di usia muda Teddy sudah jago melakukan navigasi dengan radio silent karena pada 1961 pernah mengikuti pendidikan astro navigation di Air Force Flying College India.
Di negerinya Mahatma Gandhi, ia belajar melakukan terbang cross-country sekitar 1500 mil tanpa peta. Selama belajar di India, ia punya pengalaman menarik, ketika kertas sketsa dan peta navigasinya di makan sapi.
Menurut Teddy era 60-an merupakan masa keemasan TNI AU memiliki pesawat tempur MIG 17, MIG 19, MIG 21, pesawat Pembom II-28, Pesawat Angkut Strategis AN dan Pesawat pembom strategis TU 16-16/KS.
Berikut beberapa tanda jasa dan karier Almarhum semasa hidup.
Nama:
Marsekal Muda TNI (Purn) Teddy Rusdy
Tempat/Tanggal Lahir:
Jakarta, 11 Mei 1939
Agama:
Islam
Pendidikan:
– SMA B Boedi Oetomo (1959)
– Air Force Flying College, India (1961)
– Sekkau Angkatan 11 (1971)
– Sesko ABRI Bagian Laut Angkatan ke-1 (1975)
– Sesregkt Seskogab Angkatan ke-1 (1978)
Karir:
– Pav Skad 42 Wops Iwy (1963)
– Pa. Ops. Lanu Iwy (1969)
– Dan Lanu Rembiga (1969)
– Dan Denma Makodau VI (1970)
– Karo Paban VI/Milhan Sintel Hankam (1974)
– Patun Seskogab, Bandung (1979)
– Paban VIII Staf Intel Hankam (1980)
– Direktur “Eâ€/Renlitbang BAIS (1983)
– Asrenum Pangab (1986)
– Asrenum Pangab (1987-1992)
– Anggota MPR Utusan Golkar ABRI (1987-1992)
Organisasi:
– Ketua DPD Golkar Lombok Barat (1972)
– Sekretaris DPD Golkar Prov Nusa Tenggara Barat (1973)
Tanda Jasa/Penghargaan:
– Bintang Shakti
– Bintang Dharma
– Bintang Yudha Dharma
– Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama
– Bintang Swa Bhuwana Paksa Nararya
– Satyalencana Kesetiaan VIII
– Satyalencana Kesetiaan XVI
– Satyalencana Kesetiaan XXIV
– Satyalencana Stya Dharma
– Satyalencana Wira Dharma
– Satyalencana Dwidya Sistha
– Satyalencana Penegak
– Meritorius Services Medal (Military) Republic of Singapore
– Meritorius Services Medal (Military) Republic of Korea. (berbagai sumber)