“Tapi ada beberapa pasien Covid-19 perawatan di rumah sakit yang mengalami gejala mata merah. Sedang kami proses pemeriksaan genome sequencing,” lanjut Ngabila Salama.
Kedua pasien terinfeksi Covid varian Arcturus tersebut sebelumnya dilaporkan mengalami gejala ringan dan kini sedang menjalani isolasi mandiri.
Dari dua pasien, salah satu-satunya pasien dilaporkan mengalami batuk kencang dan radang paru atau pneumonia.
Gejala Covid varian Arcturus dikenal kurang lebih mirip dengan pendahulunya.
Namun dalam beberapa kasus, tenaga kesehatan menemukan gejala berupa mata merah dan gatal pada pasien anak.
Pasien Covid varian Arcturus di Indonesia Alami Pneumonia, Apa lagi Gejalanya?
S. K. Nakra, konsultan kesehatan umum di Madhukar Rainbow Children’s Hospital, juga menyebut konjungtivitis dilaporkan dalam beberapa kasus.
“Mata merah dan lengket (konjungtivitis) juga telah dilaporkan beberapa dokter. Bagaimanapun ini terlihat ada strain sebelumnya pada sekitar 1-3 persen pasien Covid. Terlalu dini untuk mengatakan bahwa mata merah ini lebih umum terjadi pada varian XBB 1.16 (Arcturus),” katanya seperti dilaporkan India Times.
Selain mata merah dan gatal, rata-rata pasien juga mengalami gejala umum Covid-19 seperti, demam tinggi, batuk, sakit tenggorokan, pilek, sakit kepala, tubuh nyeri, dan masalah pencernaan.
Ini pertama kali diidentifikasi pada Januari 2023 dan mulai dipantau oleh WHO sejak 22 Maret.
Sejauh ini, Covid varian Arcturus telah terdeteksi di 22 negara, termasuk India, Inggris, AS, dan Indonesia.
Varian baru Covid Arcturus ini memiliki satu mutasi tambahan pada spike protein, yang dalam penelitian laboratorium menunjukkan peningkatan infeksivitas serta potensi peningkatan patogenisitas.
WHO belum melihat ada perubahan yang bisa menyebabkan peningkatan keparahan penyakit pada individu atau populasi.
Para ilmuwan di Universitas Tokyo membandingkan subvarian Kraken dan Arcturus.
Hasilnya adalah Covid varian Arcturus ini bisa menyebar sekitar 1,17 hingga 1,27 kali lebih efisien dari pada kerabatnya.
Hasil pengamatan mereka juga menilai bahwa Covid varian Arcturus lebih sangat kebal terhadap antibodi yang tertinggal di tubuh dari infeksi Covid-19 sebelumnya.
Melansir dari Economic Times, saat ini tidak ada data kuat yang membuktikan apakah varian Covid varian Arcturus menyebabkan serangkaian gejala baru pada anak dan pasien secara umum.
Di kasus varian sebelumnya, gejala ini sebenarnya sudah muncul sekitar 1-3 persen pada pasien Covid-19. Namun, belum bisa dikatakan bahwa konjungtivitis menjadi ciri khas pada kasus Covid varian Arcturus.