Di sela-sela penjelasan beliau, meski tetap serius ia bisa tetap jelaskan dengan gurauan segar, “suami istri tadinya hanya mencari kenikmatan seksual bukan, tidak ada yang niat ‘membuat anak’.â€
Kenikmatannya itu kemudian diiringi dengan anak yang dititipkan pada kita. Kenikmatan itu bahkan menyebabkan seorang Ibu sebenarnya tidak menjadi kapok memiliki anak dengan alasan sakit melahirkan, karena begitu besarnya nilai kenikmatan pernikahan itu.
Mengenal Buya Syakur Yasin
Lewat akun youtube KH Buya Syakur Yasin MA. dan label Wamimma TV, ceramah-ceramah beliau diunggah. Banyak tema-tema yang diunggah sebenarnya bertema cukup berat.
Jika kita lihat di dalam playlist, ceramah-ceramah beliau banyak yang berbasis kitab kontemporer atau tasawuf, sebut saja misalnya fi Zhilali al-Qur’an, La Tahzan karya ‘Aidh al-Qarni, sampai al-Hikam Ibn ‘Athaillah as-Sakandari. Lalu siapa sebenarnya Buya Syakur Yasin ini?
Seperti disebutkan beliau, Gus Dur pernah mengatakan kalau di Indonesia cuma ada tiga orang yang berpikir analitis dalam memahami Islam, Quraish Shihab, Pak Syakur, Cak Nur.
Beliau dikenal sebagai teman Gus Dur sejak lama, namun tidak terkenal luas seperti nama-nama besar Cak Nur dan Quraish Shihab.
Selain karena Buya Syukur baru kembali ke tanah air di awal tahun 90-an, Buya Syakur lebih banyak mengajar di kalangan masyarakat bawah khususnya di Indramayu dan Cirebon.
Belakangan ini respon positif khususnya dari komentar netizen semakin banyak setelah ceramah-ceramah beliau diunggah secara teratur di akun youtube. Mereka semua menyatakan sangat sependapat dan mendoakan Buya Syakur selama ulama panutan.
Sejak muda beliau sudah rajin menerjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab mulai dekade akhir tahun 60-an. Kemudian, beliau mulai tinggal di negara-negara Eropa mulai tahun 1971 hingga tahun 1991.
Pendidikan akademiknya selama belajar di Timur Tengah dan Eropa sebenarnya bukan fikih. Pendidikan sarjananya adalah di bidang Kritik Sastra Objektif dengan objek penelitian novel-novel Yusuf as-Siba’i.
Sementara tingkat strata 2 beliau belajar bidang Linguistik. Di tingkat doktoral, menurut beliau sebenarnya sudah lulus hanya saja cuma diucapkan secara lisan oleh pembimbingnya namun tidak pernah ada pernyataan resmi dari kampus.
Ini dikarenakan dosen pembimbingnya sudah sulit ditemui karena dosennya diangkat menjadi Menteri Riset.
Di tingkat doktoral itu, beliau ambil di London dengan konsentrasi dialog teater. Bidang itu sebenarnya yang beliau tekuni selama hampir dua puluh tahun di Eropa.
Saya sebagai muslim , bnyk yg saya tdk sepakat dgn beliau, karna saat ceramah isinya justru bnyk menyudutkan islam