bahkan putranya yaitu Kian Santang & Rara Santang pun diperbolehkan memeluk islam, yang kelak Rara Santang melahirkan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati”.
Setelah dari Batutulis, peserta kembali bergerak menuju kawasan Empang, Kampung Arab yang ada di Bogor. Di kawasan Empang ini peserta diajak menuju 2 Masjid yang berdekatan, yaitu Masjid At-Thohiriyah yang dimana dahulu masjid ini juga menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bogor yang diawali oleh kepemimpinan Raden Solawat/Raden Aria Wiranata sampai Patih Ipik Gandamanah di era kemerdekaan Indonesia. Lalu peserta juga diajak menuju Masjid An-Nur yang lebih di kenal dengan Masjid Kramat, bangunan masjid ini awalnya dibangun oleh Habib Abdullah bin Muhsin Alattas.
Setelah beristirahat sejenak dan melaksanakan Sholat Dzuhur, peserta kemudian bergerak kembali menuju Pura Parahiyangan Agung Jagatkarta di Tamansari, Kab. Bogor. Pura Parahiyangan Agung Jagatkarta merupakan Pura terbesar kedua setelah Pura Agung Besakih di Bali. “Pura ini dibangun pada 1995, seluruh material dibawa langsung dari Bali. Di salah satu bagian Pura terdapat 1 altar yang diwasiatkan oleh pemilik tempat ini yang dikhususkan bagi siapapun yang mau berdoa” ujar Mangku Pura Parahiyangan Agung Jagatkarta, Bapak Made Sutem. Peserta berkesempatan berkeliling dan melakukan meditasi sejenak di dalam pura, peserta dipersilakan berdoa sesuai kepercayaan masing-masing ditengah keheningan & Kesejukan Pura.
Setelah selesai, peserta kembali ke Kota Bogor & rangkaian kegiatan ditutup di Gereja Yesus Kristus Orang-orang Suci dari Zaman Akhir (OSZA). Kegiatan ditutup oleh paparan Bapak Uskup, Jemmy Mongan, selaku pimpinan Gereja Yesus Kristus OSZA dan Bapak Arifin Himawan Sekretaris Umum BASOLIA. “Semangat Toleransi jangan sampai berhenti di hari ini, saya harap setelah 2 hari ini teman-teman bisa mengambil hikmah, mulai hari ini dan seterusnya teman-teman disini lah yang akan menjadi agen untuk menyebarluaskan Toleransi & Keberagaman” ujar Arifin Himawan.
Author: Wiwit Musaadah