Editor.ID – Bondowoso, Banjir bandang kembali melanda sedikitnya dua desa di kawasan lereng Gunung Ijen kabupaten Bondowoso, Jawa Timur (Jatim), Sabtu siang 14/3/2020. Hal ini terjadi setelah beberapa sat sebelumnya  wilayah itu diguyur hujan deras.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso, Kukuh Triyatmoko banjir bandang terjadi Sabtu siang sekitar pukul 14.00 WIB.
Kukuh menyatakan bahwa, para petugas sudah menuju lokasi, dan informasi terakhir pada pukul 16.00 WIB, banjir mulai surut.
“Pada wilayah hulu Gunung Suket terjadi hujan deras, kemudian tiba-tiba air bercampur lumpur menerjang pemukiman wargaâ€, katanya sebagaimana dilansir antara.
Ia menyebutkan bahwa akibat banjir bandang yang kembali melanda kecamatan Ijen ini, diperkirakan ada 300 rumah warga yang terdampak.
“Itu data sementara, karena petugas masih melakukan pendataanâ€, jelas Kukuh.
Untuk diketahui bahwa beberapa waktu sebelumnya, yakni 29 Januari 2020, banjir bandang juga telah melanda desa desa di lereng Gunung Ijen itu, yang mengakibatkan ratusan rumah terendam air dan lumpur beserta material lainnya.
Dan tampaknya, banjir bandang kali ini lebih parah daripada banjir bandang sebelumnya.
Seperti yang disampaikan oleh juru bicara Forum Reboisasi Bondowoso (FRB) Djoni Teguh Tjahjono, saat memperlihatkan video banjir bandang itu pada tim Editor.ID, tampak selain material lumpur, juga tampak material kentang yang ditanam pada lahan yang dahulumya merupakan kawasan hutan.
Pada saat sebelumnya, yakni saat melakukan gerakan reboisasi bersama ratusan relawan dan pihak terkait dengan menanam ribuan pohon pada awal bulan Maret 2020 di kawasan yang sekarang kembali dilanda banjir itu, Djonie memang sempat mengemukakan, bahwa jika perusakan hutan di kawasan terus berlanjut dan dibiarkan, tidak menutup kemungkinan bisa terjadi bencana alam yang lebih besar.
Saat itu Djonie menyampaikan bahwa berdasar survey lokasi dan citra satelit, menunjukkan bahwa  pemicu utama banjir bandang di kawasan ini adalah kerusakan hutan di kawasan Perhutani akibat alih fungsi menjadi lahan pertanian.
Dengan terulangnya bencana banjir bandang di kawasan lereng Gunung Ijen ini, Djonie berharap pada banyak pihak agar tidak lagi menyembunyikan masalah terjadinya banjir bandang di kawasan lereng Gunung Ijen ini, yakni masalah alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian kentang dan gobis.
“Sebab jika peralihan lahan itu terus dilakukan, walaupun langkah antisipasi dan perbaikan berupa reboisasi sudah dilakukan, maka hal itu tidak bisa menyelesaikan masalah, dan banjir bandang serta bencana lainnya akan tetap menjadi kekhawatiran untuk terulang kembaliâ€, pungkasnya (Tim)