Soni langsung memanggil Sekretariat Biro Kepala Daerah (KDH). Ia meminta agar Charmadi dipekerjakan kembali. “Ini tidak manusiawi mosok sudah bekerja puluhan tahun kok tiba-tiba diberhentikan,” ujar Soni dengan nada tinggi.
“Sekarang tidak usah pulang, mulai sekarang bapak bisa bekerja kembali di DKI, kalau DKI tidak bisa membayar, biar saya yang membayar,” tegas Soni dengan nada tinggi kepada Kabag TU gubernur.
Soni kemudian menyalami Charmadi sambil memintanya langsung menjalankan tugasnya seperti sedia kala.Mendengar kalimat Soni, mata Charmadi berkaca-kaca. Namun ia berusaha menahan tangis haru dan bahagianya.
Tak lama kemudian, Charmadi sudah beraktivitas kembali dan mengantarkan minuman teh manis kepada beberapa orang di ruang tamu Balai Agung. “Andai kita punya pemimpin seperti pak Soni adem rasanya,” ujar Charmadi.
Tulus Mengabdi
Pria berkacamata kelahiran Kutoarjo Jawa Tengah ini mengatakan, selama 33 tahun lebih mengabdi di pemprov DKI. Ia mengaku pasrah dengan keputusan yang tidak meloloskan dirinya dalam seleksi Pegawai Lepas Harian akhir Desember lalu.
“Kemarin setelah baca pengumunan, saya langsung pulang abis duhur, Sampai di rumah istri saya bertanya mengapa pulang cepat? saya jawab sudah tidak kerja lagi. Istri saya sempat bersedih. Namun ia memahami mungkin saya sudah tua, sudah tidak dipakai lagi,” ujar Charmadi.
Ayah 3 anak ini juga sudah berpamitan dengan kawan-kawan di bagian dapur kalau mulai hari ini dirinya tidak lagi masuk kerja dan telah mengemasi barang-barangnya yang telah menemani selama 33 tahun lebih di dapur Balai Agung.
Charmadi berulang kali menyampaikan terima kasih atas kebaikan Soni Sumarsono dan perhatian sehingga ia bisa bekerja dan mengabdi kembali di pemprov DKI Jakarta. Charmadi mengaku sangat bangga dengan pekerjaannya yang kini dijalani karena bisa mengenal dan dikenal oleh banyak pejabat di lingkungan pemprov DKI.
“Prinsip saya, kerja sama orang jangan sampai minta uang. Meski kalau saya minta pasti dikasih tapi kita tidak tau rela atau tidak. Nanti saya malu kalau ketemu karena kemarin minta uang,” ujarnya.
Ketika Joko Widodo menjabat sebagai Gubernur, ada salah satu pejabat dinas perumahan pernah menawarinnya untuk tinggal di rumah susun di kawasan Jakarta Timur karena melihat pengabdiannya. Namun Charmadi menolak. “Saya takut melanggar karena saya bukan warga DKI, saya nggak mau berhutang budi,” lanjut pria berusia 60 tahun ini
Meski tinggal di Citayam Depok, Charmadi mengaku tidak pernah telat sampai di kantor. “Saya kerja, usahakan secepat mungkin. Jam 5.15 ato setengah 6 sudah sampai kantor,” Kata Charmadi yang setiap hari naik KRL Bogor – Jakarta ini.