Panitia Reuni Akbar 212 berharap masalah keimigrasian yang membelit Habib Rizieq Shihab di Arab Saudi bisa segera beres. Pasalnya, semua alumni 212 ingin imam besar FPI itu hadir di tengah-tengah mereka saat reuni nanti.
“Mudah-mudahan bisa hadir (Rizieq pulang), semoga, ini kan pencekalannya belum bisa di atasi, semoga bisa teratasi,” ujar Ketua Panitia Reuni Akbar 212 Awit Masyhuri.
Jika nanti Habib Rizieq memang tidak bisa hadir, lanjut Awit, panitia akan mengupayakan ada telekonferensi dengan Habib Rizieq di tengah acara reuni. “Tetapi harapan kami hadirlah,” katanya.
Reuni Akbar 212 kali ini akan digelar pada 2 Desember di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Acara rencananya dimulai pukul 03.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 09.30 WIB.
Awit mengaku telah mengantongi izin dari kepolisian dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut.
“Kalau perizinan sudah selesai. Tinggal teknis saja seperti panggung dan ‘sound’ saja,” ucap Awit.
Selain itu, Reuni Akbar 212 akan menggelar doa bersama agar negara Indonesia dilindungi dari penista agama. “Kami tolak penista agama. Sebab penistaan agama masih terjadi lagi. Jadi jangan terjadi lagi menyinggung masalah agama. Agama apapun tidak boleh dinistakan,” ujar Awit.
Sementara itu, Ketua GNPF Ulama Yusuf Martak menyeru umat Islam untuk ikut memutihkan Monas dan berdoa, “untuk keselamatan kepulangan Imam besar kita Habib Rizieq Shihab ke Tanah Air tercinta.â€
Penanggung jawab acara, Ahmad Shobri, mengatakan pihaknya menargetkan massa hadir hingga satu juta orang. Panitia juga memastikan soal keamanan. “3000 laskar dari berbagai ormas kita kerahkan,†ujarnya.
Sementara Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menilai saat ini masyarakat menginginkan suasana yang damai, sehingga tidak perlu lagi adanya gerakan Reuni 212 di Monas.
“Harapan kita sudah lah jangan terlalu banyak buat gerakan-gerakan. Toh, kita sudah paham, masyarakat semuanya sudah ingin damai, ingin bekerja dengan tenang,” tutur Moeldoko.
Menurut Moeldoko, gerakan yang mengumpulkan banyak orang dengan maksud tertentu, pasti akan mengganggu aktivitas masyarakat, khususnya di lokasi sekitar kumpulnya massa.
“Saya yakin kalau kita lihat masyarakat sekarang sudah happy, suasana tenang, tidak terhambat oleh rintangan mau ke mana aja,
tidak ada hambatan psikologi, tidak ada hambatan fisik dan seterusnya,” papar Moeldoko. (ant/tim)