Oleh: Heru Effendy
Paguhan
Pada era Dyah? Hayam Wuruk, Bhre Paguhan dijabat oleh Singhawardhana. Ia adalah suami dari Bhre Pajang, R?jasaduhita Iswari. Bhre Pajang ini adalah adik sepupu Dyah? Hayam Wuruk. Hal yang menarik adalah dalam Prasasti Waringin Pitu tahun 1447 wilayah ini tidak muncul. Penulis menduga pada tahun 1447 wilayah ini digabungkan dengan wilayah lain di dekatnya.
Kerajaan Paguhan meliputi wilayah sekitar Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo, Jawa Timur.
Ada dua wilayah terdekat dengan Paguhan yakni Kahuripan di sebelah Barat Laut dan W?rabh?mi/Blambangan di sebelah Timur. Kemungkinan wilayah Paguhan dihapuskan masa pemerintahan Dyah? Kr?tawijaya dan dimasukkan ke dalam wilayah W?rabh?mi.
Pajang
Bhre Pajang di era Dyah? Hayam Wuruk dijabat oleh R?jasaduhita Iswari. Ia adalah salah satu sepupu perempuan Dyah? Hayam Wuruk, adik sepupu perempuan lainnya adalah Bhre Lasem R?jasaduhita Indudewi. Bhre Pajang menikah dengan Bhre Paguhan Singhawardhana.
Dalam Prasasti Waringin Pitu tahun 1447, Dyah? Sure?war? disebut menjabat sebagai Bhre Pajang (Noorduyn, 1978 : 211). Saat ini terdapat Kelurahan Pajang di dalam Kecamatan Laweyan, Kota Solo. Wilayah Pajang yang dimaksud tentunya bukan hanya sebatas kelurahan itu saja.
Wilayah Kerajaan Pajang di era Dyah? Hayam Wuruk mencakup Kota Solo, Kota Salatiga, Kabupaten Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Karanganyar, Kabupaten Grobogan, Blora dan Kabupaten Semarang. Kota Semarang tidak termasuk.
Lasem
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti itu menggunakan bahasa Melayu Kuna, berisi keterangan tentang Dapunta Selendra yang merupakan pendiri dinasti Sailendra. Raja-raja wangsa Sailendra yang berkuasa di kerajaan Mataram Kuno semuanya adalah keturunan Dapunta Selendra (Boechari, 2012 : 199-200, 349-360). Posisi Kabupaten Batang persis di sebelah Timur Pekalongan.
Rupanya Majapahit mengaktifkan kembali wilayah yang pernah ?hidup? semasa kerajaan Mataram Kuno. Wilayah Kerajaan Lasem di era Majapahit diperkirakan terbentang antara Pekalongan (Jawa Tengah) dan Tuban (Jawa Timur).
R?jasaduhita Indudewi menjabat sebagai Bhre Lasem pada era Dyah? Hayam Wuruk. Beliau adalah anak dari Dyah? Wyat, jadi Bhre Lasem ini adalah adik sepupu Dyah? Hayam Wuruk. Ia menikah dengan Bhre Matahun R?jasawardhana.
Nama Lasem saat ini digunakan sebagai salah satu nama kecamatan di dalam Kabupaten Rembang.
Wilayah Lasem pada zaman Majapahit berada di Provinsi Jawa Tengah; meliputi Kabupaten Batang, Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Demak, Jepara, Kudus, Pati dan Kabupaten Rembang.
Lasem tidak tercantum dalam wilayah yang dipimpin oleh Bhat?t??ra di Prasasti Waringin Pitu tahun 1447. Kemungkinan besar pada saat itu wilayah Lasem yang cukup luas itu berganti nama menjadi wilayah Kalinggapura.
Kabalan
Daerah ini termasuk penting sehingga dipimpin oleh putri tunggal Dyah? Hayam Wuruk, Kusumawardhan?. Keterangan ini terdapat dalam N?garakr?t?gama Pupuh 7 (Pigeaud, 1960 : 8).
Posisi Kusumawardhan? adalah Putri Mahkota (crown princess), bukan sekedar kerabat raja. Ia disiapkan sebagai pengganti ayahnya. Bhre Kabalan ini kemudian menikah dengan Bhre Mataram Wikramawardhana yang juga dikenal sebagai Hyang Wi?es?a. Kusumawardhan? menolak untuk menjadi ratu dan menyerahkan kekuasaan kepada suaminya, Wikramawardhana.
Hyang Wi?es?a Wikramawardhana kemudian tercatat sebagai raja menggantikan Dyah? Hayam Wuruk. Pernikahan ini tidak dikaruniai anak, namun Wikramawardhana mendapat anak dari selir.
Dua anak dari Wikramawardhana yakni Dyah? Suhit? (perempuan) dan Dyah? Kr?tawijaya (lelaki) secara beruntun menjadi raja keenam dan ketujuh Majapahit menggantikan ayah mereka.
Prasasti Waringin Pitu 1447, dikeluarkan oleh Wijayapar?kramawardhana Dyah? Kr?tawijaya menyatakan bahwa yang menjabat sebagai Bhre Kabalan saat itu adalah Mah?mis?i Dyah? S?witr?. Ia adalah permaisuri dari raja kesembilan Majapahit Hyang Purwawi?es?a Gir??awardhana Dyah? S?ryawikrama (Noorduyn, 1978 : 211, 251). Terlihat Kerajaan Kabalan masih berlanjut, paling tidak hingga raja ketujuh Majapahit.
Theodore Th. G. Pigeaud menduga Kabalan terletak di sekitar Lod?aya atau mungkin juga di Boj? Nag?r? (Pigeaud, 1962 : 48). Lod?aya saat ini berada di wilayah Blitar, Jawa Timur. Boj? Nag?r? sekarang bernama Bojonegoro.
Terdapat Desa Kabalan di Kecamatan Kanor, Bojonegoro. Posisinya sebelah Barat daerah Babad, Kabupaten Lamongan. Hal ini membuat sebagian ahli menempatkan Kabalan di sebelah Timur Bojonegoro artinya berhimpitan atau berbagi wilayah Bojonegoro dengan Matahun yang berlokasi di Bojonegoro.
Andaikan benar demikian, Kabalan hanya menguasai Bojonegoro bagian Timur saja. Wilayahnya sangat sempit sekali karena di sisi Timur wilayah Bojonegoro sudah ada Kerajaan Kahuripan, sementara Kerajaan Matahun letaknya memang di Bojonegoro. Disebutkan di atas bahwa putri tunggal Dyah? Hayam Wuruk sebagai pewaris tahta Majapahit yang sah adalah Bhre Kabalan.
Penulis mengganggap tidak tepat jika Kusumawardhan? berbagi wilayah Bojonegoro dengan pamannya, Bhre Matahun. Wilayah calon penerus tahta Majapahit biasanya tidak sedemikian sempit.
Dua orang Bhre Kabalan yang menjadi permaisuri raja Majapahit, membuktikan wilayah ini tidak bisa dipandang remeh, dengan menganggap memilik wilayah kecil hanya sebatas bagian Timur dari Bojonegoro.
Beberapa ahli lain mengdentifikasi Kabalan sebagai Kabalon di sekitar Cemorokandang, Kota Malang. Jika merujuk pada wilayah Kerajaan Tumap?l/Singasari yang berada di Wilayah Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu, maka penulis condong untuk menempatkan Kabalan tidak di sekitar Kota Malang.
Kecuali di kemudian hari tebukti oleh prasasti dan situs yang valid, penulis menempatkan wilayah Kabalan jauh di luar kota Malang; karena wilayah Malang dan sekitarnya saat itu termasuk wilayah kerajaan Tumap?l/Singasari.
Kerajaan Kabalan ini meliputi wilayah Kabupaten Trenggalek, Tulungagung, Kota Blitar dan Kabupaten Blitar.
Penulis adalah produser dan sutradara yang pernah terlibat dalam film Petualangan Sherina (2000), Ada Apa Dengan Cinta (2002), dan Kick ‘N Love (2007).