Hari Santri menjadi refleksi untuk mentransformasikan spirit beragama dalam berjuang untuk bangsa.
Hal itu disampaikan Ketua DPC GMNI Surabaya Refi Achmad Zuhair dalam Webinar Hari Santri Nasional DPC GMNI Sutabaya bertema “Santri dan Taman Sari Kebhinnekaan Indonesa”, Minggu (24/10).
Peringatan Hari Santri Nasional, menurutnya, menjadi bukti pengakuan negara atas jasa para ulama, kiai, dan santri dalam perjuangan merebut serta mempertahankan kemerdekaan.
Kalangan pesantren yang terdiri dari ulama, kiai, dan santri memang tak bisa dilepaskan dari sejarah perjalanan bangsa ini.
“Menyimak rangkaian sejarah perjuangan kalangan kiai-santri dalam melawan bangsa kolonial untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa tersebut, kita melihat bagaimana kaum kiai-santri telah menunjukkan semangat kebangsaan yang begitu besar”, ujar Refi.
Refi menambahkan jika santri berjuang karena kecintaan terhadap Indonesia dan nilai-nilai perikemanusiaan.
Perjuangan para santri tersebut selain didasari perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan, penyiksaan, dan ketidakadilan yang bertolakbelakang dengan karakter santri, juga didasari kecintaan yang besar terhadap Tanah Air.
KH. Zahrul Azhar Asumta yang menjadi salah satu pemateri menyampaikan jika Keutuhan Bangsa Indonesia yang merupakan hasil dari pengorbanan santri dan alim ulama terdahulu.
Pria yang akrab disapa Gus Hans tersebut menegaskan jika Bangsa Indonesia jangan sampai dikooptasi oleh kelompok-kelompok yang destruktif terhadap kepentingan bangsa.
“jangan sampai kelompok yang tidak memiliki value yang bisa menguasai bumi nusantara”, tegasnya.
Menurutnya, konsep hubbul wathan minal iman yang digaungkan santri bisa mengkaitkan kebangsaan dan keagamaan, sehingga keduanya tidak dipisahkan.
Wakil Rektor Unipdu Jombang tersebut mengutarakan jika santri sebagai salah satu pilar Bangsa Indonesia tidak boleh gagap akan kemajuan teknologi.
“tidak boleh menjauhi teknologi karena bagian dari peradaban, itu sunatullah, jadi harus mampu mengikuti perkembangan zaman”, terangnya.
Gus Hans juga mengapresiasi organisasi kepemudaan seperti GMNI, HMI, dan PMII yang memiliki sumbangsih besar terhadap Bangsa Indonesia.
“Kita beruntung punya HMI GMNI PMII yag terus mengawal dan menjaga keberlangsungan bangsa Indonesia”, tutupnya.
Senada dengan Gus Hans, KH. Thoriq bin Ziyad selaku pencetus Hari Santri Nasional mengatakan jika momen Hari Santri Nasional bisa menyatukan seluruh semangat dan menumbuhkan patriotisme di kalangan santri.
Gus Thoriq, begitu ia akrab disapa, menjelaskan
jika perjuangan agar hari santri diakui sebagai hari nasional oleh negara membutuhkan usaha yang sangat besar.
“tidak hanya perjuangan santri yang berat, tertapi agar hari santri diakui sebagai hari nasional juga perjuangannya cukup berat, sudah sejak 2009 diperjuangkan dengan keliling Indonesia”, jelas mantan Ketua Komisariat GMNI IAIN Malang itu.
Menurut Gus Thoriq, kurangnya hari santri hingga hari ini adalah negara belum menetapkan definisi santri.
Hal tersebut harus dilakukan agar tidak ada ego diantara para santri, karena santri saat ini juga banyak kelompok.