EDITOR.ID, Jakarta,- Virus Corona saat ini menjadi salah satu wabah yang menakutkan bagi hampir seluruh warga Indonesia. Virus ini beresiko mematikan nyawa. Namun orang Indonesia tak sadar jika ada ancaman yang lebih mengerikan.
Yakni polusi udara dan kerusakan atmosfer yang diakibatkan asap pembuangan gas CO-2 dari pabrik, pembakaran batu bara dan ancaman kerusakan hutan akibat ditebangi. Ancaman ini sebenarnya jauh lebih berbahaya ketimbang menghadapi virus Covid-19.
Gara-gara pembuangan gas CO-2 yang dihasilkan dari pembakaran batu bara dan perusakan hutan untuk kebun sawit Indonesia menghadapi ancaman perubahan iklim. Data ancaman ini berdasarkan penemuan para ilmuwan dari University of Chicago University of Chicago.
Hal itu tertulis dalam laporan berjudul “Air Quality Life Index 2021”. Mereka menyebut hal ini dikarenakan polusi udara yang ditimbulkan.
Bahkan, polusi akibat pembangkit listrik batubara (PLTU) di yang diizinkan di Indonesia lebih tinggi dari China dan India.
“Pembangkit listrik tenaga batu bara Indonesia saat ini diizinkan untuk memancarkan 3 hingga 7,5 kali lebih banyak partikel, NOx dan SO2 daripada pembangkit listrik tenaga batu bara China,” ujar laporan itu dikutip CNBC Indonesia Sabtu (2/10/2021).
Selain polusi udara kebakaran hutan dan deforestasi menjadi sesuatu yang digarisbawahi oleh para peneliti. Mereka mengkhususkan pada beberapa wilayah seperti Palangkaraya dan Palembang yang mengalami kabut asap pasca kebakaran hutan dalam beberapa tahun terakhir.
Ini mengancam harapan hidup di kedua wilayah itu. “Bagi penduduk kota-kota ini, harapan hidup bisa 2 tahun lebih rendah jika mereka tidak memenuhi standar WHO,” tulis penelitian itu.
Peneliti pun juga mengatakan beberapa benefit yang akan didapatkan Indonesia bila fokus dalam mengelola emosinya. Mereka mengklaim bahwa angka harapan hidup di Jakarta dan beberapa kota lain di Pulau Jawa bisa naik hingga di atas 5 tahun juga kualitas udara Indonesia menyamai standar WHO.
“Di pulau Jawa, pusat penduduk dan industri Indonesia, 11 juta penduduk Jakarta bisa mendapatkan rata-rata 5,5 tahun kenaikan dalam harapan hidup jika polusi partikulat memenuhi pedoman WHO,” tambah laporan itu.
Sebelumnya alarm perubahan iklim global juga sudah dialamatkan kepada Indonesia. Sebuah laporan dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim(IPCC) menemukan bahwa dunia mungkin memanas hingga 1,5?C pada awal 2030-an. Ini mengancam kota-kota seperti Jakarta.
Indonesia kini menjadi sorotan dunia terkait dengan ancaman perubahan iklim atau climate change. Diramalkan, dampak dari persoalan tersebut jauh lebih dahsyat ketimbang pandemi covid-19.
“Satu hal sedang dibahas dan menjadi persoalan pelik di dunia yaitu climate change. Ini akan menjadi risiko yang nyata karena kebetulan waktu kita bicara tentang Indonesia 2045, kita akan bicara tentang timeline climate change,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam webinar virtual, Jumat (20/8/2021)
Jika Indonesia dan negara di dunia tidak bisa menciptakan nol emisi karbon (net zero emission) pada periode 2040-2050, maka dampaknya akan sangat besar dan bisa menjadi bencana. Kini pun sudah mulai terasa yaitu peningkatan suhu bumi.
Dampak ini akan sangat nyata terjadi bagi Indonesia yang juga bisa dilihat dari laporan Panel Antar pemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC)
Dalam laporan IPCC tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara yang dilihat akan mengalami dampak yang luar biasa dari kebakaran hutan, banjir dan kenaikan permukaan laut. Terutama kegiatan perusakan hutan untuk kepentingan penanaman kebun.
Dampak buruk ini bisa dialami Indonesia karena dipengaruhi demografisnya sebagai negara kepulauan, sehingga langkah mitigasi harus dilakukan sejak dini
Ini menjadi masalah relevan, dimensi sosial ekonomi dan tentu saja dari dimensi finansial dan politik. Ini isu yang akan menjadi salah satu tantangan besar yang perlu menjadi perhatian dan policy nya perlu disiapkan.” ucap Sri Mulyani. (tim)