EDITOR.ID, Poso,- Ada nama Inspektur Jenderal (Irjen) Pol Rudy Sufahriadi di balik tewasnya Ali Kalora, lantaran Sang Jenderal adalah Komandan Satgas Madago Raya yang memimpin operasi perburuan kelompok teroris tersebut.
Mantan Kapolda Jawa Barat yang kini mengemban tugas sebagai Kapolda Sulawesi Tengah ini sarat akan pengalaman menghadapi gerakan teroris. Sudah tak diragukan lagi, ia adalah ?Sutradara? dibalik pengejaran gerombolan Majelis Mujahidin Timur Indonesia (MIT) dan tewasnya pimpinan teroris MIT Ali Kalora.
Irjen Pol Rudy Sufahriadi adalah jenderal pemberani dan pemburu teroris paling disegani. Bahkan ia ingin mengerjakan tugas pemberantasan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) hingga tuntas sampai ke akar-akarnya. Ia akan kejar terus sisa-sisa pengikut Ali Kalora.
“Kami akan cari yang empat sampai dapat,” ujar Kapolda Rudi melalui konferensi pers daring pada Minggu, (19/90).
Sosok Inspektur Jenderal Pol Rudy Sufahriadi tercatat dalam sejarah beberapa kali meraih kesuksesan saat operasi pengejaran gerombolan teroris. Orang nomor satu di jajaran Polda Sulteng ini punya peran melumpuhkan pentolan MIT Santoso. Dan kini ia pun berhasil menghentikan pewaris Santoso, Ali Kalora.
Kepiawaiannya membaca gerakan bawah tanah terorisme adalah pengalaman panjang kesuksesannya dalam meniti karir di kepolisian.
Sejak bergabung dalam Detasemen Khusus (Densus) Anti Teroris 88 Polri, berbagai operasi penumpasan gerakan radikal berhasil dilaksanakan Jenderal yang akrab disapa Rudy Gajah. Dua kali menjabat sebagai Kapolda Sulteng puluhan kali mencatat sejarah mematikan sumbu aksi terorisme di Poso, Sulteng.
Belum genap sebulan Rudy Sufahriadi memimpin Satgas Madago Raya, atau tepatnya pada 25 Agustus 2021, seiring posisinya yang juga menjadi Kapolda Sulawesi Tengah.
Jenderal bintang dua ini langsung gerak cepat dan berhasil menumpas Ali Kalora dan anak Jaka Ramadhan alias Ikrima dalam kontak tembak dengan Satgas Madago Raya, Sabtu (18/9/2021), pukul 18.00 WITA.
Diketahui, operasi pengejaran teroris Poso itu sudah berlangsung beberapa tahun terakhir.
Sandi operasinya sudah mengalami perubahan nama, mulai dari Operasi Camar Maleo, Operasi Tinombala, hingga sekarang Operasi Madago Raya.
Sejumlah jenderal Polri pun sudah bergantian memimpin operasi tersebut.
Siapa Jenderal Rudy Sufahriadi?
Melansir pemberitaan media, Minggu (19/9/2021), Rudy Sufahriadi mencetak sejarah dua kali jabat Kapolda di Sulawesi Tengah.
Dia sebelumnya meninggalkan Sulteng dengan pangkat bintang satu pada tahun 2018.
Lalu kembali menjabat Kapolda Sulteng di tahun 2021, menggantikan Irjen Pol Abdul Rahkaman Baso.
Sosoknya tinggi besar dan akrab disapa Rudy Gajah. Dia malang melintang di dunia pemberantasan terorisme.
Dia pernah tergabung di Densus 88 Mabes Polri dan BNPT. Sulteng pun bukan daerah asing bagi Rudy Sufahriady.
Dia sempat jadi Kapolres Poso pada 2005, dan sempat mengalami penembakan.
Kemudian, pada 2016-2018, dia jadi Kapolda Sulteng. Dan kini, 2021, dia kembali ke Polda Sulteng.
Ia sempat menjadi Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya pada 2007. Lalu, ia menjadi Kepala Densus 88 Anti-Teror Polda Metro Jaya pada 2007.
Pada 2016 sampai 2018, dirinya menduduki jabatan sebagai Kapolda Sulawesi Tengah. Bahkan, ikut perburuan kelompok Santoso, yaitu Operasi Tinombala.
Operasi Tinombala ini merupakan operasi gabungan yang terdiri dari sejumlah pasukan elite dari Polri dan TNI.
Hingga akhirnya, kelompok Santoso yang sembunyi di hutan belantara kawasan pegunungan di Poso itu bisa dilumpuhkan.
Jejaknya dalam menindak kasus terorisme makin dikenal publik saat menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Tengah.
Ia memang sudah mengenal seluk beluk Poso sejak menjadi Kapolres Poso. Saat jadi Kapolres Poso, ia bahkan dikabarkan memang pernah jadi sasaran teroris.
Dia sempat menjadi sasaran tembak saat selesai salat subuh dari masjid. Untungnya ia sigap sehingga bisa lolos dari hantaman peluru yang ditembakkan.
Kesuksesannya di bidang terorisme pun membawa Rudy Sufahriadi menduduki jabatan strategis sebagai Kepala Korps Brimob Polri pada 2018.
Tahun berikutnya, ia pun diangkat menjadi asisten operasi Kapolri.
Setelah itu, Akpol Angkatan 1988 tersebut menjadi Kapolda Jabar pada 26 April 2019.
Hingga akhirnya kembali menjadi Kapolda Sulawesi Tengah medio Agustus 2021 lalu. (tim)