EDITOR.ID, Lumajang,- Kehadiran Menteri Sosial Tri Rismaharini benar-benar dirasakan masyarakat yang sedang ditimpa ujian bencana. Gestur kepemimpinan mantan Walikota Surabaya ini benar-benar merakyat, membumi dan jabatan yang diembannya benar-benar membuat rakyat yang diayominya merasakan betul negara melindungi rakyat.
Termasuk ketika Mensos Risma harus menghadapi bencana alam secara beruntun, longsor di Sumedang, Jawa Barat, gempa di Mamuju dan Majene Sulbar dan terakhir erupsi Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur.
Dalam menangani ketiga bencana tersebut, gerak cepat Bu Risma, sapaan akrab Tri Rismaharini, ibarat pepatah Perempuan Kuat Tanpa Lelah.
Di Sumedang, Jawa Barat tengah malam diguyur hujan lebat dan medan longsor licin Bu Risma mengenakan jas hujan menaiki motor menerjang hujan. Ia hadir untuk memberi contoh aparat bagaimana melayani rakyat yang sedang tertimpa musibah.
Risma mengambil alih komando penanganan korban longsor. Ia memerintahkan aparat dibawah Bupati, Dinsos, TNI Polri untuk bergotong royong membongkar sekolah menjadi lokasi pengungsian sementara. Itu dilakukan Risma pada malam hari ditengah hujan besar.
Bahkan Risma sendiri yang mengangkuti bangku-bangkunya. Dan Risma malam itu langsung mengkoordinir Tagana, Dinas Sosial, TNI Polri untuk mengevakuasi warga untuk dibawa ke tempat pengungsian yang sudah ia siapkan di sebuah bangunan sekolah.
Tanpa kenal lelah, beberapa jam kemudian atau pagi harinya, Bu Risma harus terbang ke Mamuju Sulawesi Barat untuk memastikan bantuan sosial dan penanganan para pengungsi bisa terkelola dengan baik.
Sesampai di Mamuju, Risma langsung turun ke lapangan. Ia mengunjungi para pengungsi. Kemudian dia memimpin dan memberi contoh kepada pejabat daerah apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat bencana.
Lagi-lagi ditengah guyuran hujan malam itu dengan jas hujan Risma memeriksa dan mengelilingi Stadion Manakarra, di Mamuju. Ia beberapa kali mengontak anak buahnya untuk menyiapkan lebih dari 100 tenda pengungsi yang akan didirikan di Stadion Manakarra.
Risma juga membriefing pejabat Forkopimda Mamuju untuk menyiapkan Stadion Manakarra dan Rumah Dinas Gubernur sebagai lokasi pengungsian. Dengan gayanya yang sangat cepat dan taktis, ia menyiapkan lokasi pengungsian bagi korban gempa di Mamuju dan Majene Sulbar.
Hanya beberapa jam usai membereskan urusan di Mamuju dan Majene, Bu Risma harus terbang ke Jawa Timur. Kali ini ia harus berbaur dan menyapa pengungsi akibat erupsi Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur.
Bu Risma menyapa mereka, melayani apa kebutuhan mereka dan membelai ibu yang sedih karena rumahnya tertutup hujan abu vulkanik.
Di lokasi pengungsian, Risma berbaur dengan ibu-ibu pengungsi. Tak ada jarak. Tak menggambarkan bahwa Bu Risma adalah sosok Menteri Sosial yang dimata pengkritiknya dianggap kelas “kepala daerah” yang dianggap tidak bisa kerja. Karena menurut para pengkritiknya seharusnya Risma duduk manis menghitung anggaran APBN untuk disebar-sebar ke warga miskin di seluruh Indonesia.
Namun Risma tetap Risma. Ia bukan sosok seperti keinginan subyektif para pengkritiknya. Risma tetap tampil sebagaimana ketika ia memimpin sebuah daerah. Yakni ia ingin selalu dekat dengan rakyat.
Agar amanah yang diembannya benar-benar terlihat manfaatnya. Yakni bahwa negara hadir, negara mengayomi dan negara memperhatikan rakyat. Perhatian itu dijembatani dan dibuktikan kerja nyata sang ibu Menteri.
Risma bahkan dengan tulus dan apa adanya menyempatkan menggoreng tahu serta melakukan proses pembungkusan nasi bungkus bersama bupati untuk dipersembahkan kepada rakyat.
Dalam kunjungan tersebut, Mensos Risma memberikan beberapa jenis bantuan.
Di antaranya perlengkapan bayi dan ibu hamil. ?Itu bantuan yang saya bawa, sesuai permintaan masyarakat di sini. Saya juga mengirim bantuan berupa telor, beras, dan abon,? katanya saat tiba di posko penanganan banjir di Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember (18/01).
Tagana di Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo yang terdiri 13 orang personel mampu mempersiapkan untuk kebutuhan makan pagi sebanyak 1.500 bungkus dengan menu nasi putih, sayur tumis sawi, plus mie, lauk dan tahu goreng.
Distribusi nasi bungkus itu diberikan kepada tiga titik desa yakni Wonoasri, Curah Nongko dan Andongrejo.
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan bahwa stok makanan di daerah mesti tersedia untuk antisipasi adanya bencana alam. Dengan demikian, korban bencana alam tidak akan kesulitan apabila harus mengungsi.
Hal tersebut disampaikan Risma ketika mengunjungi posko penanganan banjir di Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Senin (18/1/2021) petang.
“Stok makanan memang harus tersedia di daerah, minimal untuk kebutuhan pokok, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Kondisi alamnya seperti ini memang. Jangan sampai kita kesulitan kalau tiba-tiba ada bencana,” kata Risma sebagaimana ilansir dari kementerian sosial.go.id, Selasa (19/1/2021).
Menurutnya, Badan Urusan Logistik sudah menyediakan cadangan beras untuk bisa diambil sewaktu-waktu jika terjadi bencana alam.
“Tapi kadang-kadang kita tidak mengira. Itu harus diprediksi sejak dini.”
Saat itu Risma bersama Bupati Jember, Faida meninjau kesiapan Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang tengah memasak nasi bungkus bagi para korban banjir.(tim)