EDITOR.ID, Berbagai patung raksasa menjadi pemandangan yang sangat menarik di Lembah Bada, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Ada arca berukir wajah tersenyum, ada yang seperti bongkahan batu besar berukir, ada pula yang seperti kolam. Anda tak mungkin tak terpikat dengan misteri yang meliputinya.
Lembah Bada atau juga disebut Lembah Napu merupakan bagian dari Taman Nasional Lore Lindu. Jika perjalanan dimulai dari Kota Palu, Anda musti menempuh perjalanan darat via mobil pribadi selama sekitar 7 jam mengarah ke Poso, Tentena baru ke Lembah Bada.
Selain itu lembah ini bisa dijangkau dengan pesawat dari Makassar ke Poso, lalu dari Poso dilanjutkan perjalanan darat selama sekitar 5 jam.
Pemandangan Lembah Bada tak ubahnya lembah-lembah pada umumnya. Daerahnya relatif datar dan dikelilingi perbukitan. Yang membuatnya menjadi menarik ialah keberadaan patung-patung megalitik.
Berdasar penelitian tulang rangka manusia dalam kubur tempayan batu di situs Waneki, Lembah Benoa, mereka berasal dari 2351-1416 SM dan kemungkinan punah pada sekitar 1452-1527 M.
Dari data lapangan Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo, total temuan sebanyak 2.00 benda yang terdiri dari 26 jenis artefak pada 118 situs.
Sedangkan patung megalitik berada di kawasan morfologi Pegunungan Telawi dengan lima satuan ruang yakni, Lembah Napu, Lembah Benoa, Lembah Bada, Lembah Palu dan Danau Lindu.
Batu-batu sebagai bahan baku patung tidak ditemukan di tempat lain di sekitar wilayah tersebut. Ada dugaan ini merupakan proyek besar dan melibatkan organisasi sosial yang kompleks.
Pahatan patung terbilang sederhana. Patung memiliki kepala besar, tubuh tanpa lekukan dan tanpa kaki. Pada bagian wajah, mata diukir bulat.
Masyarakat setempat memberikan nama untuk patung-patung ini seperti Palindo, Torompana, Tarae Roe, dan Loga. Palindo yang berarti ‘sang penghibur’ dipercaya sebagai representasi pendahulu Desa Sepe yaitu, suku Tosaloge.
Patung-patung ini tampak tersebar atau berdiri sendiri-sendiri. Namun ada pula yang berkelompok.
Selain patung, Lembah Bada juga memiliki Kalamba yakni tangki melingkar dan dipahat di sebuah batu besar. Ada Kalamba dengan dua lubang, ada pula yang satu lubang.
Kalamba diyakini digunakan para petinggi atau raja untuk bak berendam. Namun ada dugaan ini digunakan sebagai tangki air atau peti mati.
Meski belum ada bukti mengenai tujuan pembuatan patung, masyarakat percaya patung batu ini digunakan untuk ritual pemujaan terhadap arwah leluhur.
Ada legenda yang berkembang di kalangan masyarakat lokal bahwa salah satu patung, Tokala’ea, yang dulunya adalah pemerkosa dan dikutuk menjadi batu.
Versi lain menyebut, Tadulako dulunya dikenal sebagai penjaga desa. Namun karena ketahuan mencuri beras, ia dikutuk menjadi batu. Kemudian ada pula yang percaya patung-patung batu ini wujud pengorbanan manusia untuk menangkal roh jahat.
Menikmati misteri dan kegagahan patung raksasa ini akan lengkap jika berkunjung pada bulan Juli hingga September. Khusus pada Agustus, para wisatawan akan turut bisa menikmati atraksi budaya Festival Danau Poso. (Tim)