EDITOR.ID, Jakarta,- Sungguh memilukan. Kesadaran warga Jakarta dalam menghargai dan menghormati para Pahlawan Pejuang Kemanusiaan sangat rendah!
Seorang dokter dan sejumlah perawat yang tengah berjibaku mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan nyawa pasiennya akibat Corona di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, justru diusir warga. Alasan warga sangat tidak bisa diterima. Warga mengusir dokter dan perawat karena mereka takut tertular. Ironis sekali!
Padahal Dokter dan perawat saat ini menjadi pahlawan terdepan dalam memberantas virus Corona atau Covid-19 yang melanda Indonesia.
Namun sayang, akibat kekhawatiran akan tertular virus tersebut, dokter dan perawat yang tengah berjuang tersebut mendapatkan perlakuan tak sedap dari lingkungan sekitar.
Hal ini dialami dokter dan perawat di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur. Mereka mendadak diminta meninggalkan indekos oleh pemilik rumah.
Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadhilah membenarkan aduan dan keluh kesah tersebut masuk padanya.
“Iya ada. Ya mereka kan sejak Rumah Sakit Persahabatan ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan penderita virus Corona, bukan hanya perawat, ada juga dokter, mahasiswa juga yang di situ, diminta untuk tidak kos di situ lagi,” tutur Harif seperti dilansir dari Liputan6.com, Rabu (25/3/2020).
Harif menduga, ada kaitannya peristiwa itu dengan ketakutan masyarakat atas penyebaran Covid-19.
Meski disebut hanya beberapa dari perawat yang mengadu, dia menyayangkan adanya tindakan tersebut.
“Menurut saya tidak harus seperti itu. Justru dalam masa-masa begini ini, ada perawat ada dokter di lingkungan kita malah harusnya bersyukur. Bisa menjadi tempat bertanya, tempat konsultasi, ya kan. Karena mereka tahu banyak soal seperti ini, supaya tidak salah informasi. Bisa menjadi sumber informasi yang utama harusnya untuk di bidang kesehatan,” jelas dia.
Hanya saja, Harif pun tidak dapat menyalahkan kekhawatiran masyarakat. Pasalnya, Covid-19 sudah menjadi pandemi dan memberikan tekanan luar biasa besar terhadap psikologis setiap orang.
“Dari pihak kita ya sayang saja, harusnya senang ada tenaga kesehatan di sana,” kata Harif.
Sejauh ini, lanjutnya, belum ada laporan dari rumah sakit lain yang mengalami hal serupa. Dia berharap masyarakat dapat memahami kondisi para petugas medis dan bekerjasama dalam memberikan pertolongan.